ilustrasi bukan jilboobs (foto: blogspot) |
Jilboobs Perspektif Patriarki - Fenomena jilboobs bermula dari dunia maya. Tapi tampaknya
sulit melacak awal mula jilboobs di dunia nyata secara detail. Terlepas dari awal muncul dan golongan mana yang sentimentil terhadap jilboobs, mari singgung jilboobs dari sudut budaya patriarki.
Yang jelas, kemunculan fenomena jilboobs bermula dari
foto-foto syur pengguna jilbab. Objek foto, perempuan, tampak dieksploitasi
dari sudut salah satu jender. Mengerikan memang, jika perempuan pengguna
internet justru tidak berempati terhadap jendernya sendiri ketika dieksploitasi
besar-besaran.
Istilah jilboobs berasal dari dua padanan kata, jilbab dan
boobs (dada perempuan). Dari penggabungan itulah muncul istilah jilboobs, yang
berarti pengguna jilbab yang masih menampakkan lekukan dada.
Jika melihat foto-foto jilboobs, rata-rata fokus ataupun
objek sorotannya tertuju pada dada. Tentu pertanyaan muncul, mungkinkah
perspektif foto seperti itu merupakan perspektif perempuan? Mungkinkah mereka
yang bangga mengapresiasi (melihat) foto seperti itu adalah perempuan? Tentu tidak,
karena laki-lakilah yang sangat berperan. Laki-lakilah yang merasa bangga (baca:
puas) atas foto-foto seperti itu. Laki-lakilah yang aktif (subjek) atas penciptaan
foto-foto itu. Sedang perempuan hanya duduk atau berdiri manis sambil bergaya
menjadi objek foto.
Fenomena jilboobs tak lain hasil (representasi) budaya
patriarki kapitalisme. Laki-laki selalu berperan penting dalam realitas tubuh
perempuan. Inilah permainan ideologi di tengah budaya yang diperankan kapitalisme.
Seperti apa yang dinyatakan Yasraf A Piliang sebagai ekonomi-politik hasrat.
Tubuh perempuan dijadikan objek kepuasan laki-laki di tengah permainan
komoditas.
Jadi, jilboobs dari perspektif budaya tak lain hanya ulah-ulah
sepenggal laki-laki yang "mempermainkan" tubuh perempuan. Mungkin
saja perempuan berjilbab yang menampakkan lekukan tubuh tidak akan jadi masalah
jika laki-laki tidak memiliki "kepentingan jender".
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.