Review Film Oeroeg: Tentara Belanda Mahir Bahasa Indonesia - Salah seorang
tentara Belanda bisa mengucapkan kata “Merdeka” secara fasih. Tidak seperti
orang Belanda biasanya. Ucapan fasih tersebut membuat salah seorang temannya
bertanya, “Mengapa kau bisa fasih mengucapkan ‘merdeka’?”
“Aku lahir di
Indonesia,” jawab tentara yang fasih mengucap bahasa Indonesia itu.
Lantas ia
bercerita. Dahulu, sebelum ia bergabung tentara Belanda di Indonesia, ia adalah
orang Belanda yang lahir di Indonesia. Tepatnya di Kebon Jati, Jawa Barat.
Berlatar pada 1896, seperti tertera di salah satu sudut dinding pekarangan
rumahnya.
Ia adalah Johan.
Anak salah seorang pemimpin perkebunan Belanda, Hendrik, di Kebon Jati, Jawa
Barat. Johan hidup hanya bersama sang ayah. Sehari-hari ia bermain bersama
orang pribumi, Oeroeg, anak pembantu Hendrik.
Meski hidup
bersama-sama, Hendrik tidak menyukai anaknya terus berinteraksi bersama Oeroeg.
Kebersamaan itu akan membuat keterpengaruhan. Hendrik khawatir anaknya
terpengaruh cara berpikir Oeroeg yang dianggap terbelakang, tidak logis, dan
kumuh. “Kamu adalah anak Belanda, Johan!” ucap Hendrik mengingati anaknya.
Kebersamaan
tersebut mulai dikhawatirkan Oeroeg ketika ayah Oeroeg tenggelam kala menolong
Johan di telaga. Johan bertanya kepada ayahnya, mengapa ayah Oeroeg meninggal.
Namun, ayah Johan menutupi perihal kematian ayah Oeroeg. Meski begitu Oeroeg
dan Johan masih terus bersama, bermain sehari-hari.
Setelah Johan
dewasa, Johan dipindahkan ke Belanda untuk menempuh studi. Setelah studi, Johan
kembali lagi ke Indonesia dan bergabung bersama pasukan Belanda di Indonesia
pasca-kemerdekaan Indonesia.
Johan kembali ke
Indonesia. Banyak hal yang telah berubah. Semua menjadi misteri. Termasuk
perubahan sikap perempuan pengasuh Johan kala kecil. Perempuan Belanda itu
telah berada di pihak Indonesia, dan menyebarkan isu-isu pro kemerdekaan
Indonesia kepada tentara Belanda melalui saluran radio. Misteri semakin
bertambah ketika Johan mendapati ayahnya mati di rumahnya.
Atas dasar
misteri-misteri itu, Johan berupaya mencari jawabannya. Ia ingin mendapati
kepastian. Saat menelusuri sendiri apa yang sebenarnya terjadi pada orang-orang
terdekatnya dahulu, Johan terjebak oleh perangkap tentara Indonesia. Johan
ditangkap. Disekap di sebuah tempat terpencil. Saat berada di dalam sekapan,
seorang perempuan yang mengasuhnya dahulu itu mendatangi Johan. Perempuan yang
juga mengasuh Oeroeg itu menceritakan apa yang ingin diketahui Johan. Perihal
kematian ayahnya, perihal sikap perempuan itu, perihal kematian ayah Oeroeg,
perihal keberadaan Oeroeg, dan perihal tentara-tentara Jepang dan tentara
Indonesia.
“Oeroeg tidak
membunuh ayahmu. Oeroeg ditahan sejak enam bulan lalu. Ayah Oeroeg mati karena
mengambil jam ayahmu yang tenggelam setelah menolong dirimu kala itu. Hanya
saja, ayahmu menutupi kebenaran karena demi harga diri keluargamu,” kata
perempuan itu.
Johan, sebagai
tahanan, lantas ditukar dengan 12 orang Indonesia yang ditahan tentara Belanda.
Satu orang Belanda ditukar 12 orang tentara Indonesia. Pertukaran ternyata
mempertemukan Oeroeg dan Johan, yang tidak pernah bertemu setelah Johan datang
dari Belanda. “Ini jam, jagalah baik-baik,” kata Johan kepada Oeroeg.
Sekitar 1950-an,
Oeroeg, sebagai dokter, meninggal karena kecelakaan dalam masa baktinya sebagai
dokter di perkampungan. Sementara Johan meninggal pada tahun 1980-an. Di
Belanda, Johan hidup sebagai arsitektur sampai akhir hayatnya.
Sutradara: Hans Hylkema
Produser: Budiarti Abiyoga (Indonesia), Paul
Voorthuysen (Belanda), Erwin Provoost (Belgia), Helga Bahr (Jerman).
Aktor: Martin Schweb sebagai Oeroeg (dewasa), Rik
Laurspach sebagai Johan (dewasa), Ayu Azhari sebagai Satih (saudara Oeroeg),
Tuti sebagai Ibu Oeroeg.
Lulus Sensor Film pada tahun Agustus 1999.
sayang nama orang Indonesianya "JOHAN" mustnya akan lebih baik bila memakai nama yg lebih kental ke Nusantaraannya atau minimal gunakan nama-nama orang Banten pada umumnya
ReplyDeleteJohan itu nama orag bulenya (Belana), Mas. Nama orang pribuminya Oeroeg.
ReplyDelete