ilustrasi (foto: blogspot) |
Menukar Tawanan Antarderajat - Gedung Putih
Amerika Serikat (AS) ramai, Sabtu (31/05). Seperti biasa, kala konfrensi pers.
Presiden AS Barack Obama menyampaikan, AS sedang bahagia karena salah satu
pasukan tentara AS telah bebas dari tahanan pasukan Taliban, Afganistan. Tak
jauh dari sang presiden, berdiri seorang berjanggut pirang lebat. Wajahnya
datar. Ia adalah Bob Bergdahl, ayah dari tentara yang dibebaskan oleh Taliban.
Esoknya, Minggu
(01/06), Sersan tentara angkatan darat AS bernama Bowe Bergdahl, 28 tahun,
meninggalkan Afganistan. Bowe Bergdahl langsung menuju negara Panser, Jerman.
Di Jerman, sekelompok tim dokter
pemeriksa kesehatan telah menanti Bergdahl. Tim dokter memeriksa kesehatan Bowe
Bergdahl, sebelum dilanjutkan penerbangan ke Texas, AS.
Di sisi lain,
pihak Taliban kedatangan para tokoh mereka yang hilang dari kelompok karena
ditahan pihak AS. Kelima tokoh tersebut, yakni Abdul Haq Wasiq, Mohammad Fazi,
Khairullah Khairkhwa, Mohammed Nabi, dan Norullah Noori. Namun, kelima tokoh
ini masih tak bebas seutuhnya. Ibarat di Indonesia, masih wajib lapor.
Kelimanya masih berada dalam pantauan pihak keamanan Qatar selama setahun.
Belum ada
pernyataan resmi dari pihak Taliban mengenai alasan mereka mau melepaskan satu
tahanan AS demi lima tokoh Taliban. Berdasarkan hitungan, lima dibanding satu
memang lebih diuntungkan lima tawanan. Begitulah transaksi kesepakatan
pembebasan dua pihak berseteru, antara tentara AS dan Taliban.
Transaksi ini
mengingatkan kita pada kisah Oeroeg
(novel, dan diangkat ke dalam sebuah film). Sama persis.
Transaksi itu
terjadi di salah satu jembatan kereta di Jawa Barat, pasca-kemerdekaan RI.
Salah seorang tentara Belanda berada di salah satu sudut jembatan, dikerumuni
tentara Indonesia. Menghadap sudut lainnya, yang dinanti gerombolan tentara
Belanda. Di gerombolan tentara Belanda ini berdiri 12 pasukan gerilya
Indonesia.
Setelah delegasi
masing-masing pihak bersepakat secara tertulis di tengah-tengah jembatan,
tiap-tiap tawanan diperkenankan jalan. Seorang tentara Belanda itu berjalan
dari sudut kerumunan tentara Indonesia menuju gerombolan tentara Belanda.
Begitu pula sebaliknya, 12 gerilyawan Indonesia berjalan dari sudut gerombolan
Belanda menuju kerumunan tentara Indonesia.
Saat berada di
tengah-tengah jembatan, seorang tentara Belanda itu berujar, “Oeroeg... (sambil
memerhatikan detail sosok yang ia maksud)”. Tentara Belanda berjalan pelan
sembari terus memerhatikan barisan 12 gerilyawan Indonesia.
“Johan...”
sambut salah seorang tentara Indonesia, orang yang dimaksud tentara Belanda
tersebut. Mereka berdua berhenti di tengah-tengah jembatan.
“Apakah kita
berteman?” kata Johan kepada Oeroeg.
“Kita berteman
bila derajat kita sama,” ujar Oeroeg, berpeci hitam.
“”Apakah kita
tidak sama derajatnya?” tanya Johan.
“Tidak, selama
12 orang Indonesia dihargai satu orang Belanda seperti dirimu,” jawab Oeroeg
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.