Peniru - Tak akan pernah
ada pengikut (rupa dan gaya) yang bisa menyaingi kehebatan sosok yang ia ikuti
(tiru). Publik lebih menempatkan sosok yang ia tiru sebagai sosok utama,
istimewa dibandingkan orang yang meniru. Meniru sama saja memperkuat sosok yang
ia tiru.
Mungkin beda cerita jika si peniru dan orang yang ditiru berbeda negara dan beda zaman. Publik memandang dua sosok yang beda zaman dan beda negara itu hanyalah kebetulan belaka. Namun, yang terburuk adalah meniru seorang tokoh pada negara yang sama dan profesi yang sama pula. Apalagi pada zaman yang berdekatan.
Mungkin beda cerita jika si peniru dan orang yang ditiru berbeda negara dan beda zaman. Publik memandang dua sosok yang beda zaman dan beda negara itu hanyalah kebetulan belaka. Namun, yang terburuk adalah meniru seorang tokoh pada negara yang sama dan profesi yang sama pula. Apalagi pada zaman yang berdekatan.
Prabowo Subianto
pada jelang deklarai calon presiden sangat rajin pakau peci hitam kala tampil
di publik. Gaya bicaranya menunjukkan sikap ketegasan. Program-programnya
menyajikan cita-cita nasionalisasi perusahaan-perusahaan di bawah naungan BUMN.
Mengklaim diri sebagai pendukung keras para petani. Belakangan ini, pendiri
Partai Gerindra itu ingin mengusung "Macan Asia" Indonesia di
tengah-tengah arus kebebasan ASEAN.
Tak jauh berbeda dengan Prabowo. Joko Widodo selalu tampak memelas. Ingin dikatakan polos. Dekat dengan rakyat. Salah satu programnya adalah kedaulatan pangan, yang setali tiga uang mendukung para petani.
Tak jauh berbeda dengan Prabowo. Joko Widodo selalu tampak memelas. Ingin dikatakan polos. Dekat dengan rakyat. Salah satu programnya adalah kedaulatan pangan, yang setali tiga uang mendukung para petani.
Presiden pertama
Indonesia dikenal sebagai sosok yang tegas. Tampak gahar. Ia juga pelopor
persatuan negara-negara terjajah di Asia.dan Afrika. Bila berpidato
ke-Indonesiaan ia berapi-api. Menentang keras imperialisme Barat dan menjunjung
tinggi ke-Indonesiaan. Begitulah mengapa Soekarno mencintai peci hitam, dan
sering digunakan saat berpidato.
Presiden kedua
Indonesia, Soeharto, lebih menyukai tampil ke persawahan, perkebunan, dan
peternakan. Ia kerap melambaikan tangan kala tampil di publik. Ia juga dikenal
sebagai Presiden yang berhasil membawa pangan Indonesia diekspor. Kala itu pula
muncul tagline "Macan Asia". Kita, Indonesia dianggap menakutkan bagi
negara-negara Asia.
Seburuk-buruknya
memilih salah satu calon presiden saat ini, belum tentu lebih baik jika kita
Golput alias tidak memilih. Mungkin saja dengan melihat calon presiden mana
yang lebih sedikit "ikut-ikutannya" atau meniru tokoh yang lebih
dikenal publik, kita jadi tahu calon mana yang layak dicoblos pada Juli
mendatang. Mana yang menjadi peniru Soekarno dan mana yang jadi peniru Soeharto.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.