buku Pertemuan, John Galsworthy (foto: blogspot) |
Paradoksal, Resensi Karya John Galsworthy - John Galsworthy,
cerpenis kelahiran 1867 di Inggris, di dalam kumpulan cerpennya, Pertemuan, Penerbit Nuansa, menyuratkan
suatu pertimbang sebaik-baiknya guna memilih pilihan terbaik. John Galsworthy
selalu membubuhkan cara paradoks. Ada ketidakhadiran di balik kehadiran atau
ada buah apel berwarna hijau di balik apel berwarna merah. Begitulah kira-kira
cara paradoks tersebut.
Cerita pertama,
tentang bagaimana memilih kualitas produk terbaik, berjudul “Mutu”, John
memaparkan bahwa kualitas terbaik selalu terbentuk dari loyalitas produsen dan
ketelatenan produksi. Di dalam cerita, seorang tokoh, “Aku”, memaparkan
pengalamannya mendapati serta mengamati dua orang bersaudara pembuat sepatu.
Loyalitas kedua
saudara tersebut membuat keduanya mati di tengah kemiskinan. Padahal, keduanya
mampu menghasilkan sepatu yang berkualitas tinggi. Bahan dasar pilihan dan
ketelitian yang membutuhkan waktu yang cukup banyak adalah cara mereka
menjadikan sepatu berkualitas tinggi. Keduanya membuat sepatu sejak masih muda.
“Di sanalah ia duduk, terus-menerus
bekerja. Saya akan mengatakan hal ini untuknya, tak seorang pun di London mampu
membuat sepatu yang lebih baik! Tapi, ada banyak lagi toko sepatu lain!”
(“Mutu”).
Tak jauh berbeda,
cerita tentang pengamatan seseorang terhadap sepasang kekasih yang baru saja
dilihat. Tokoh, yang mengamati, sebelumnya tidak mengenal siapa sepasang
kekasih yang ia lihat. Si tokoh merajut kemungkinan-kemungkinan secara logis
dari tanda-tanda objek pengamatannya. Dari sanalah ia membangun bagaimana
“menjadi sepasang kekasih” yang jauh lebih baik dari apa yang ia amati. Namun,
pada akhir pengamatannya, ia seakan mengakui kesalahannya dengan menghadirkan
kenyataan bahwa kemungkinan-kemungkinan yang ia bangun tidak benar kala ia
melihat kemesraan sepasang kekasih tersebut. Lantas si tokoh memilih fakta yang
ia lihat, di akhir cerita. Itu semua
terlintas di benakku seperti adegan sebuah film. Namun, di bawah mega aku
melihat tangan mereka bertaut. Gambaran masa depan dalam bayanganku lenyap...
(“Pertemuan”).
Pada cerita
lain, “Kebajikan”, John Galsworthy menghadirkan paradoksal melalui penokohan.
Di satu pihak dihadirkan tokoh, sepasang kekasih, yang berkecukupan ekonominya
dan hidup tentram. Sepasang kekasih dideskripsikan sebagai tokoh yang kaya. Di
sisi lain, tokoh lain, merupakan orang-orang yang tidak seberuntung sepasang
kekasih tadi, yang dideskripsikan hidup tidak tentram.
Selanjutnya,
kisah dua pihak yang berbeda latar itu menunjukkan bagaimana tokoh kaya pun
mampu berempati terhadap kemalangan. Sepasang kekasih mampu memberi sumbangsih
terhadap perempuan-perempuan malang tadi.
Judul Buku: Pertemuan
Penerjemah: Anton Kurnia
Penerbit: Penerbit Nuansa
Cetakan: September 2004
Tebal: 92 halaman
ISBN: 979-9481-59-7
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.