ARTIKEL PINTASAN

Sunday, November 30, 2014

Sepakbola Tanpa Tradisi

pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl (foto: blogspot)
Sepakbola Tanpa TradisiApa jadinya jika tradisi etnis di Indonesia disimbolkan dalam salah satu instrumen sepakbola? Mungkin penonton akan tertawa melihat striker Sergio Van Dijk pakai ulos di tubuh. Sambil berlari mengejar bola, Van Dijk harus memegangi selendang ulos di bahunya. Mungkin penonton akan terkekeh melihat pemain belakang M Robbi mengenakan sarung batik Parang khas Jogjakarta. Sambil menjaga gerak lawan, M Robbi sibuk dengan langkah kakinya karena terlalu ketat menggunakan sarung.
Untunglah sepakbola tidak “dipaksa”, harus ada pernak-pernik kebudayaan Indonesia di instrumen sepakbola. Meski sepakbola tidak demikian, karena memang sepakbola modern yang ada saat ini merupakan hasil kebudayaan Eropa, dalam sepakbola bukan berarti tidak perlu ada fitur maupun nilai kebudayaan khas Indonesia.
Apa yang dilakukan pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia, Alfred Riedl, pada edisi ajang AFF 2014 di Vietnam-Malaysia kemarin sama sekali tidak menunjukkan sikap ke-Indonesiaan. Artinya, sikap Alfred Riedl memandang lawan saat sebelum pertandingan dimulai bisa dikatakan angkuh. Padahal, ada nilai ke-Jawaan, sebagai salah satu etnis Indonesia, yang cukup baik untuk diterapkan bagaimana cara memandang lawan atau musuh. Di Jawa ada pepatah, yang kira-kira artinya, menyerang tanpa pasukan, menang tanpa mengatai.
Sebelum Timnas Indonesia melawan Timnas Filipina, sang pelatih yang pernah melatih pada ajang AFF 2010 itu memandang sebelah mata tim yang dimotori Younghusband tersebut. "Filipina kemarin memang bermain bagus, tapi tidak terlalu luar biasa," papar Alfred Riedl (Koran Tempo. Senin, 24 November 2014).
Usai pertandingan, sang pelatih yang digadang-gadang bakal membawa Timnas Indonesia masuk final pada ajang AFF 2014 itu justru berkilah dengan alasan klasik. Alfred menyatakan bahwa durasi waktu istirahat bagi para pemain sangat pendek. Pasalnya, masa berakhirnya liga dengan waktu pelaksanaan AFF 2014 sangat mepet. Akibatnya, para pemain tak memiliki waktu yang cukup untuk melenturkan otot-otot.
"Saya tidak merasa tim akan menang besar karena kondisi pemain sedang turun. Pertandingan akan berlangsung ketat. Mungkin ini akan jadi kemenangan terakhir dalam karier saya di Indonesia," kata Alfred Riedl (Media Indonesia), jelang pertandingan melawan Timnas Laos.

Timnas menunjukkan bangsanya. Bila demikian, seharusnya timnas Indonesia juga mampu memberikan corak karakter ke-Indonesiaan. Siapa yang lebih dahulu dan utama menunjukkan karakter seperti itu? Tentu jawabnya adalah pelatih. Namun sayang, timnas Indonesia jauh dari karakter kebangsaan. Kalau tidak lewat nilai yang ditunjukkan karakter, lantas melalui apa lagi nilai bangsa ini ditunjukkan oleh Timnas? Dengan apalagi tradisi bisa tampak di dalam sepakbola kalau bukan melalui cara yang demikian?

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes