![]() |
pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl (foto: blogspot) |
Sepakbola Tanpa
Tradisi - Apa jadinya jika
tradisi etnis di Indonesia disimbolkan dalam salah satu instrumen sepakbola?
Mungkin penonton akan tertawa melihat striker Sergio Van Dijk pakai ulos di
tubuh. Sambil berlari mengejar bola, Van Dijk harus memegangi selendang ulos di
bahunya. Mungkin penonton akan terkekeh melihat pemain belakang M Robbi
mengenakan sarung batik Parang khas Jogjakarta. Sambil menjaga gerak lawan, M
Robbi sibuk dengan langkah kakinya karena terlalu ketat menggunakan sarung.
Untunglah
sepakbola tidak “dipaksa”, harus ada pernak-pernik kebudayaan Indonesia di
instrumen sepakbola. Meski sepakbola tidak demikian, karena memang sepakbola
modern yang ada saat ini merupakan hasil kebudayaan Eropa, dalam sepakbola
bukan berarti tidak perlu ada fitur maupun nilai kebudayaan khas Indonesia.
Apa yang
dilakukan pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia, Alfred Riedl, pada edisi
ajang AFF 2014 di Vietnam-Malaysia kemarin sama sekali tidak menunjukkan sikap
ke-Indonesiaan. Artinya, sikap Alfred Riedl memandang lawan saat sebelum
pertandingan dimulai bisa dikatakan angkuh. Padahal, ada nilai ke-Jawaan,
sebagai salah satu etnis Indonesia, yang cukup baik untuk diterapkan bagaimana
cara memandang lawan atau musuh. Di Jawa ada pepatah, yang kira-kira artinya, menyerang
tanpa pasukan, menang tanpa mengatai.
Sebelum Timnas
Indonesia melawan Timnas Filipina, sang pelatih yang pernah melatih pada ajang
AFF 2010 itu memandang sebelah mata tim yang dimotori Younghusband tersebut. "Filipina
kemarin memang bermain bagus, tapi tidak terlalu luar biasa," papar Alfred
Riedl (Koran Tempo. Senin, 24 November 2014).
Usai
pertandingan, sang pelatih yang digadang-gadang bakal membawa Timnas Indonesia
masuk final pada ajang AFF 2014 itu justru berkilah dengan alasan klasik.
Alfred menyatakan bahwa durasi waktu istirahat bagi para pemain sangat pendek.
Pasalnya, masa berakhirnya liga dengan waktu pelaksanaan AFF 2014 sangat mepet.
Akibatnya, para pemain tak memiliki waktu yang cukup untuk melenturkan
otot-otot.
"Saya tidak
merasa tim akan menang besar karena kondisi pemain sedang turun. Pertandingan
akan berlangsung ketat. Mungkin ini akan jadi kemenangan terakhir dalam karier
saya di Indonesia," kata Alfred Riedl (Media Indonesia), jelang
pertandingan melawan Timnas Laos.
Timnas
menunjukkan bangsanya. Bila demikian, seharusnya timnas Indonesia juga mampu memberikan
corak karakter ke-Indonesiaan. Siapa yang lebih dahulu dan utama menunjukkan
karakter seperti itu? Tentu jawabnya adalah pelatih. Namun sayang, timnas
Indonesia jauh dari karakter kebangsaan. Kalau tidak lewat nilai yang
ditunjukkan karakter, lantas melalui apa lagi nilai bangsa ini ditunjukkan oleh
Timnas? Dengan apalagi tradisi bisa tampak di dalam sepakbola kalau bukan
melalui cara yang demikian?
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.