Kejiwaan dan Kematian
ilustrasi "Kucing Hitam" (Foto: Blogspot) |
Kematian tidak
dapat dihindari. Kematian akan menimpa tiap manusia. Ada yang mati tampak alami
dan ada pula yang mati tampak keji.
Kekuatan materi
maupun kedigdayaan kekuasaan tidak mampu menjauhkan diri dari kematian. Pangeran
Prospero, yang berkuasa dan kekayaan yang memumpuni, ketakutan akan teror
kematian yang menimpa kerajaan. Pangeran Prospero takut kematian yang telah
menimpa rakyatnya itu segera menimpa dirinya sendiri. Pangeran Prospero membentuk
berbagai cara, seperti membentuk ruang-ruang yang dapat menenangkan diri, ruang
isolasi dan hiburan. Namun, secerdik apa pun cara Pangeran Prospero, teror
kematian tetap datang. Ketika sosok
bertopeng itu mencapai ruangan hitam, ia tiba-tiba berbalik dan berhadapan
dengan pangeran. Sekonyong-konyong sang pangeran menjerit dan menjatuhkan
belatinya ke atas karpet hitam. Lalu, Pangeran Prospero sendiri menyusul rubuh
di atas karpet. Mati. (“Topeng Maut Merah”).
Kematian tampak
keji merupakan kematian yang tidak mendekati norma-norma. Orang lain menjadi
teror dan penyebabnya. Bagi siapa yang diteror, ia akan merasa katakutan karena
seakan telah mengetahui bahwa kematian telah dekat. Dengan cara kebengisan.
Semakin perlahan dan semakin bengis si peneror, maka kematian itu semakin
tampak keji. Dengan sebuah teriakan
nyaring, aku membuka penutup lentera dan menyerbu masuk ruangan itu. Ia
menjerit satu kali. Secepat kilat, aku menyeretnya ke lantai dan menindihnya
dengan ranjang yang berat. Lalu aku tersenyum, merasa tugasku segera akan
tuntas. (“Sebuah Kisah”).
Cerita Pangeran
Prospero “Aku” peneror tersebut adalah dua dari empat cerita pendek Edgar Allan
Poe di dalam buku Kucing Hitam, Seri
Fiksi Klasik, Penerbit Nuansa, 2004. Keempat cerita tersebut ialah “Tong Anggur”,
“Sebuah Kisah”, “Topeng Maut Merah”, dan “Kucing Hitam”. Keempatnya bercerita
perihal kematian.
Lewat tokoh
masing-masing cerita, kejiwaan yang terganggu menyebabkan kematian begitu dekat
bagi orang terdekatnya. Kejiwaan menstimulan jiwa destruktif. Kedestruktifan
merusak apa yang ada di luar dirinya. Bahkan, mengacu pada Erich Fromm, tokoh “aku”
peneror di atas menunjukkan bagaimana dirinya mendekati “cinta kematian” atau
nekrofilus. Begitu pula tokoh lainnya di cerita “Tong Anggur”. Membunuh tanpa
penyesalan, atau bahagia dengan kematian orang lain.
Sementara itu, “Kucing
Hitam”, salah satu cerita pendek Edgar Allan Poe yang terkenal ini, mengisahkan
bahwa kematian bisa saja datang dari orang sekitar kita. Kematian bermula dari
gangguan jiwa, tanpa moralitas. Hubungan Tuhan dan manusia terputus, sehingga
gangguan kejiwaan menjadi “buas” bagi orang lain, bahkan hewan.
Judul Buku: Kucing
Hitam
Penerjemah: Anton Kurnia
Penerbit: Penerbit Nuansa
Cetakan: September 2004
Tebal: 92 halaman
ISBN: 979-9481-62-7
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.