ARTIKEL PINTASAN

Sunday, May 4, 2014

Kejiwaan dan Kematian




Kejiwaan dan Kematian

ilustrasi "Kucing Hitam" (Foto: Blogspot)
Kematian tidak dapat dihindari. Kematian akan menimpa tiap manusia. Ada yang mati tampak alami dan ada pula yang mati tampak keji. 
Kekuatan materi maupun kedigdayaan kekuasaan tidak mampu menjauhkan diri dari kematian. Pangeran Prospero, yang berkuasa dan kekayaan yang memumpuni, ketakutan akan teror kematian yang menimpa kerajaan. Pangeran Prospero takut kematian yang telah menimpa rakyatnya itu segera menimpa dirinya sendiri. Pangeran Prospero membentuk berbagai cara, seperti membentuk ruang-ruang yang dapat menenangkan diri, ruang isolasi dan hiburan. Namun, secerdik apa pun cara Pangeran Prospero, teror kematian tetap datang. Ketika sosok bertopeng itu mencapai ruangan hitam, ia tiba-tiba berbalik dan berhadapan dengan pangeran. Sekonyong-konyong sang pangeran menjerit dan menjatuhkan belatinya ke atas karpet hitam. Lalu, Pangeran Prospero sendiri menyusul rubuh di atas karpet. Mati. (“Topeng Maut Merah”).
Kematian tampak keji merupakan kematian yang tidak mendekati norma-norma. Orang lain menjadi teror dan penyebabnya. Bagi siapa yang diteror, ia akan merasa katakutan karena seakan telah mengetahui bahwa kematian telah dekat. Dengan cara kebengisan. Semakin perlahan dan semakin bengis si peneror, maka kematian itu semakin tampak keji. Dengan sebuah teriakan nyaring, aku membuka penutup lentera dan menyerbu masuk ruangan itu. Ia menjerit satu kali. Secepat kilat, aku menyeretnya ke lantai dan menindihnya dengan ranjang yang berat. Lalu aku tersenyum, merasa tugasku segera akan tuntas. (“Sebuah Kisah”).
Cerita Pangeran Prospero “Aku” peneror tersebut adalah dua dari empat cerita pendek Edgar Allan Poe di dalam buku Kucing Hitam, Seri Fiksi Klasik, Penerbit Nuansa, 2004. Keempat cerita tersebut ialah “Tong Anggur”, “Sebuah Kisah”, “Topeng Maut Merah”, dan “Kucing Hitam”. Keempatnya bercerita perihal kematian.
Lewat tokoh masing-masing cerita, kejiwaan yang terganggu menyebabkan kematian begitu dekat bagi orang terdekatnya. Kejiwaan menstimulan jiwa destruktif. Kedestruktifan merusak apa yang ada di luar dirinya. Bahkan, mengacu pada Erich Fromm, tokoh “aku” peneror di atas menunjukkan bagaimana dirinya mendekati “cinta kematian” atau nekrofilus. Begitu pula tokoh lainnya di cerita “Tong Anggur”. Membunuh tanpa penyesalan, atau bahagia dengan kematian orang lain.
Sementara itu, “Kucing Hitam”, salah satu cerita pendek Edgar Allan Poe yang terkenal ini, mengisahkan bahwa kematian bisa saja datang dari orang sekitar kita. Kematian bermula dari gangguan jiwa, tanpa moralitas. Hubungan Tuhan dan manusia terputus, sehingga gangguan kejiwaan menjadi “buas” bagi orang lain, bahkan hewan.

Judul Buku: Kucing Hitam
Penerjemah: Anton Kurnia
Penerbit: Penerbit Nuansa
Cetakan: September 2004
Tebal: 92 halaman
ISBN: 979-9481-62-7


Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes