ARTIKEL PINTASAN

Sunday, March 9, 2014

Porter Kereta Api



ilustrasi Stasiun Kereta Api (Foto: Blogspot)

Tidak hanya di Bandar Udara (Bandara), para porter pun berkeliaran di Stasiun Pasar Senen. Mereka menunggu calon penumpang yang membawa banyak barang-barang bawaan. Mulai dari tas, keranjang, hingga koper. Mereka menawarkan jasa angkut, “Ke mana, Mas? Mau diangkatin?”

Awalnya sulit menerima kepeceryaan para porter apabila kita tinggalkan mereka menjaga barang-barang untuk diangkut. Apalagi jika kita menukarkan struk di loket resmi, untuk menukar tiket resmi. Tentu was-was.

Begitu apa yang saya rasakan, tiga hari lalu, ketika saya menukar struk pembelian tiket online menjadi tiket resmi Kereta Api (KA), di loket resmi. Dua tas dan satu kantong plastik besar terpaksa saya tinggalkan, dijaga seorang porter. Waktu keberangkatan mepet. Pilihannya adalah berlari ke loket resmi, lantas meninggalkan barang-barang bawaan saya kepada si porter. Cukup was-was.

Usai menukarkan struk, si porter ternyata masih setia menunggu barang-barang bawaan saya. Kewas-wasan saya percuma. Ternyata dia merupakan salah satu orang yang dapat dipercaya. “Ayo, Mas. Naek kereta Bengawan kan?” tanya dia. “Iya,” jawab saya.

Semua barang bawaan saya serahkan kepada si porter. Dia berlari. Saya terus mengikuti dirinya dari belakang. Tanpa tahu kea rah mana dan sebelah mana kereta yang akan saya naiki. “Gerbong berapa?” tanya dia. “Gerbong 6, Pak,” jawab saya.

Di dalam kereta, si porter segera meletakkan dan merapikan barang-barang bawaan saya. Yang perlu diikat, dia mengikat barang tersebut agar tidak terjatuh. Saya melihat jam tangan, lima menit lagi kereta akan berangkat. Barang-barang telah rapi. “Berapa, Pak?” saya bertanya tarif jasa lelaki berkisar usia 40-an itu. “Dua puluh ribu aja,” jawab dia.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes