ARTIKEL PINTASAN

Thursday, December 26, 2013

Bunga Leluhur dari Flores (bagian I)





Songket asal Flores (Foto: blogspot)
Bunga Leluhur dari Flores - Kain-kain daerah berjajar. Mulai dari pintu masuk ruangan, selembar kain menghampar di dinding, bermotif binatang. Setiap dinding bertengger lembaran kain tenun berbeda motif. Rata-rata, motif tenun seperti jejaring, saling terkait. Mengingatkan makna motif kotak-kotak dari lingkup Jawa, bahwa makna motif kotak berarti persaudaraan.
Di sebelah kiri, dari pintu masuk, tetamu duduk saling berbincang. Rata-rata mereka menggunakan kain sarung maupun selendang tenun. Di ruang panggung utama, beberapa orang berseragam khas daerah, berwarna kuning-hitam-putih, berbaris menyiapkan sesuatu pertunjukan. Mereka terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan. Terhitung tidak lebih dari lima menit, mereka maju, diiringi musik tekno-keyboard. Mereka mempertunjukkan tari-tarian khas. Berpegangan tangan, saling seling antara lelaki dan perempuan, hingga kemudian membentuk lingkaran. Kaki dan tangan senada dengan irama musik. Kaki mereka lebih lincah dibandingkan tangan. Kaki kanan mereka maju mundur, sementara kaki kiri tetap di tempat.
Malam itu, hujan sedang mengguyur hujan, tetapi tidak meredam kehangatan tetamu. “Demikianlah tari pembuka, yang biasa ditarikan untuk penyambutan tamu di Flores,” kata MC, dengan sambutan tepuk tangan tetamu.
Rangkaian penutupan acara Pesona Tenun Indonesia Bagian Tenggara: dari Bali ke Timor, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Barat, Sabtu (14/12), hanya tarian pembuka, kata sambutan kolektor, pemberian bingkisan kepada para penenun, dihadirkan dari Kabupaten Manggarai, Flores, dan tarian penutup. Selanjutnya, tetamu dipersilakan menikmati tenunan pameran tenunan di setiap penjuru dinding ruangan, sebelum dipersilakan makan malam.
Tenun songket, bila diucap warga Manggarai menjadi “songke”, merupakan kain khas Flores. Bahannya dari katun pintal, dalam industri tekstil biasa disebut serat sintetis. Salah satu jenis songketnya ialah lungsi, pakaian khas masyarakat adat Manggarai, masih terkait dengan kain khas suku Bugis. Ada banyak jenis songket lainnya terpampang.
Pameran yang digalang oleh delapan kolektor dan Bentara Budaya Jakarta itu menghadirkan ratusan kain tenun. Kedelapan kolektor tersebut, yakni Hudi Suharnoko, Jo Seda, Caesil Papadimitriou, Barbara Johnson, Helmy de Korver, Felomena Reiss, Asmoro Damaiss, dan Andry Garu. Tari-tarian Flores menutup pameran antara kolektor dan penenun itu. Selain ajang pameran, mereka sengaja menyediakan ruang berjualan bagi para penenun.
“Kami adakan acara seperti ini untuk mengenalkanhasil budaya nusantara ke masyarakat. Saat ini pengenalan budaya nusantara sangat minim. Masyarakat kita, khususnya di perkotaan, lebih menyukai budaya-budaya luar,” kata kolektor tenun, Hudi Suharnoko, kepada Kabar3.
Sementara bagi para penenun, selain mengenalkan hasil tenunan mereka, mereka berharap mendapat nilai ekonomi berbentuk sumbangan, untuk pelestarian budaya di Flores Selatan. “Rencananya, dari sumbangan, ada 9 rumah adat yang akan kami bangun. Rumah berbentuk khsusus, kerucut, dan ada ornamen khas berupa sayap. Sayap itu bermakna pelindung,” kata Nikolas Husein, 75, tetua kelompok penenun di Manggarai Tengah.
Kesembilan rumah adat itu, bagi mereka, adalah pesan para tetua adat. Pelestarian budaya adat di Manggarai itu sama halnya dengan pelestarian motif-motif di tenunan. “Motif khas tenunan kami (Manggarai) adalah bunga-bunga. Bentuk bunganya macam-macam, tergantung selera si penenun. Bunga itu bermakna, kehidupan ini selalu ada permasalahan. Bisa dibilang bunga kehidupan . Serumit apa pun masalah hidup, pasti ada jalan keluarnya, seperti bunga itu,” kata Nikolas.

Di luar ruangan, hujan masih mengguyur, seperti malam-malam sebelumnya. Begitu khawatirnya kolektor pada malam kedua, 6 Desember, karena perkiraan pengunjung akan sedikit, sehingga pembeli tenunan khas dari Indonesia bagian tenggara otomatis sedikit. Malam terakhir itu, seorang kolektor mengaku lega setelah mengetahui pembeli cukup lumayan. 

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes