ARTIKEL PINTASAN

Wednesday, December 25, 2013

“Mari Lestarikan Budaya”




ilustrasi (foto: blogspot)
“Lindungi, lindungi...”
“lestarikan. Mari kita lestarikan!”
Kira-kira begitulah inti dari kampanye sebagian kelompok pecinta budaya dan pengagum budaya masa lalu. Kampanye cukup masif. Bukan maksud mendiskreditkan kelompok ataupun individu seperti itu. Persoalannya adalah bagaimana sinkroninasi logika berpikir dengan kenyataan.
Sebut saja Mrs X. Saya temui di suatu acara kebudayaan. Ia merupakan kolektor kain-kain tradisional. Perawakannya gempal dan putih. Dalam acara tersebut, ia maju ke arena depan para tetamu. Sesaat namanya dipanggil MC, ia meletakkan dua tas rangkulan, berupa tas jinjing.
Saya coba pinjam cara pikir Christoper dalam film In To The Wild. “Mengapa mereka menunjukkan sikap kemunafikannya?” begitu kira-kira Christoper, yang memilih pergi ke hutan setelah lulus studi, mempertanyakan sikap ilmuan di dunia.
Christoper memandang, ilmuan itu mengetahui hal-hal yang patut dihindari, tetapi di sisi lain ilmuan justru melakukan hal yang harus dihindari tersebut. Seumpama jauh panggang dari api, jauh dari apa yang sesungguhnya dipikirkan. Di satu sisi hidup begini lebih baik, tetapio di sisi lain justru kenyataan tidak demikian.

Seorang aktivis kiri, yang memasuki usia senja, kini telah tiada, pernah mengucap kepada saya. “Aku benci orang-orang yang bilang peduli kepada orang miskin, tetapi di sisi lain dia naik mobil mewah atau motor gede. Begitu kan borjuasi yang dikritik Karl Marx,” katanya dengan tegas.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes