Perpustakaan Batu Api (Foto: Dok Batu Api) |
Perpustakaan Batu Api, Klasik dan Jadoel dengan Laptop - Barang-barang jadoel
dan suasana klasik. Begitulah gambaran di dalam ruangan kecil berukuran 3x5
meter, bernama Perpustakaan Batu Api. Barang-barang jadoel tersebut berupa
buku, film, hingga pernak-pernik. Alunan musik instrumen klasik meramaikan
telinga, seperti Beethoven, Mozart, sampai komponis yang seakan terdengar klasik
seperti komponis klasik seperi Henry Cow dan Kitaro.
Buku-buku
berjajar rapi di tiap dinding. Berderet nama penulis-penulis tersohor hingga
penulis-penulis bak buah pentil (baru jadi) ada di sana. Semuanya disewakan, kurang
lebih seharga ongkos naik angkot sekali jalan per bukunya. Semakin lama waktu
pinjaman tentu akan semakin mahal. Begitulah, relatif murah tarif buku-buku di Perpustakaan
Batu Api.
Jika mencari
buku lama dari penulis lama barangkali tidak terpajang di hamparan rak setinggi
3 meter. Ada pertimbangan khusus mungkin mengapa buku-buku tertentu itu tidak
dipajang di rak, melainkan di sudut tertentu atau di wadah tertentu. Misalnya
saja koleksi buku Pramoedya Ananta Toer, yang diletakkan di dalam lemari khusus
berkaca, entah itu terkait masa kelam peredaran buku-buku tokoh Lekra itu atau
tidak. “Sebut aja, siapa penulisnya. Judulnya apa?” kira-kira begitu tawaran
sang pemilik, Anton Solihin, jika pengunjung sedang mencari buku-buku jadoel
tertentu.
Hanya beberapa compact disk (CD/DVD) film klasik yang
terpajang di sudut-sudut tertentu. Selebihnya tersimpan entah di mana. Selain
koleksi CD/DVD, ada banyak kapasitas memori yang digunakan untuk menyimpan
koleksi softfile film. Berbagai genre
ada di sana, seperti romance, sejarah, politik, hingga humor. Ada beragam
jenisnya, mulai dari drama hingga dokumenter. Selain itu, ada pula film
tertentu untuk kalangan tertentu, misalnya buah tangan sineas ternama Tinto
Brass. Sinema-sinema mancanegara ada, seperti sinema Korea, Jepang, Iran,
Prancis, hingga India. Tapi itu bukan sembarang sineas. Tentu dengan
kualifikasi kualitas ala sang pemilik, alumnus program studi sejarah itu,
menyimpan koleksinya. Sebut saja salah satunya Bande a Part buah tangan Jean Luc Godard. Salah duanya sebut saja Secangkir Kopi Pahit buah tangan anak
negeri sendiri, Teguh Karya.
Di suatu ruangan
yang kadang menjadi tempat menjijikkan banyak orang pun ada benda tradisional. Menambah
kesan klasik dan jadoel. Ruangan itu tak lain adalah toilet. Di ambang pintu
toilet terdapat sendal kayu. Begitu masuk ke dalam, jangan harap mendapati
gayung plastik atau sejenisnya terhampar di dalam air tampungan. Tidak ada
gayung plastik kecuali gayung batok kelapa. Meski tempat membuang hajat, besar
dan kecil, itu diracik sedemikian jadoel, kebersihan tetap jadi andalan suasana
toilet. Letaknya tepat di sebelah bagian belakang perpustakaan yang berada di Jatinangor, Sumedang, itu.
Meskipun
berusaha jadoel dan klasik, si pemiliknya, sepasang kekasih Anton Solihin dan
Arum, tetap duduk menghadapi komputer jinjing (laptop) di depan meja kerjanya.
Di meja yang selalu menjadi tempat pencatatan nama peminjam dan tetamu, si
pemilik ditemani komputer jinjing dan speaker (pengeras suara).
Ingin lebih
jelas tentang Perpustakaan Batu Api, silakan baca di portal berita Bisnis Jabar.
Atau silakan
masuk ke grup facebook Perpustakaan Batu Api.
Batu api. Udah lama gak berkunjung kesini hahahaha. Oh iya kesan pertama pas mau gabung ke perpus ini agak 'horror' gara-gara pas masuk disuguhi lagu yang aneh wkwk. Konyol kalo diinget-inget :))
ReplyDelete