Belum tuntas soal-menyoal pernikahan, Vicky Prasetyo membuat kehebohan publik. Usai gonjang-ganjing lamarannya dengan penyanyi dangdut asal Sukabumi, Zaskia Goyang Itik, video Vicky muncul ke publik melalui ruang maya Youtube. Sebenarnya video itu merupakan video publikasi ulang, sebelumnya telah dipublikasi di media elektronik. Dalam video itu, ia diwawancarai oleh reporter entertain dalam rangka momen lamarannya kepada si seniman populis Zaskia.
Video pertama diunggah pada Sabtu, 7
September 2013. Isinya berupa wawancara tentang lamarannya kepada si cantik
Zaskia. Video kedua diunggah dua hari kemudian, setelah video pertama ramai
bertebaran di media sosial daring, Facebook dan Twitter, pada Senin, 9
September 2013.
Dengan santai nan (seolah) berwibawa –tentu laki-laki yang berada di sebelah
kekasihnya pasti ingin tampil wibawa ketika berhadapan pada publik, ia berujar,
"Tapi, kita harus bisa mensiasati kecerdasan
itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga." Bermaksud hendak
menyampaikan pesan kepada publik, ia justru menjadi pengacau pesan. Tidak ada
pesan tersampaikan. Ia sebagai komunikator tidak memahami konteks perilakunya,
yang berbicara di hadapan publik. Dari kekacauan ringan, mensiasati seharusnya menyiasati, hingga kekacauan berat,
penyatuan antarkata, labil dengan ekonomi. Entah siapa yang mengerti andai kata ada
kata seperti ini, rusak motor, kencang mobil. Seharusnya, motor rusak dan mobil kencang. Begitu pula apa wujud kalimat
dalam perkataan Vicky tersebut.
Selanjutnya terdapat
perkataan "Dengan adanya hubungan ini, bukan mempertakut, bukan
mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident." Maksudnya ialah membuat takut dan membuat suram. Ia malah mengacaukan proses kata berimbuhan, seumpama
kata lain, memperberani dan
memperkusut.
Dalam video yang
dipublikasi dua hari berikutnya, ia seakan ingin memelopori bahasa Inggris.
Coba lihat kalimat berikut, "My name is Hendrianto. I am froms the
birthday in Karang Asih, Karang Asih City."
Siapa pun berkenyit alis ketika mendengarkan –siapa pun berarti kalangan
dewasa, remaja, hingga anak-anak yang terbiasa mendengar bahasa Inggris-
perkataan tersebut. Siapa yang bisa memahami contoh kalimat lain, dalam kasus
pengacauan gramatika, seperti berikut, “Saya makan di daging ayam dengan Rumah
Makan Padang.”
Kini Vicky menjadi lebih
terkenal sebelum ia melamar penyanyi dangdut yang terkenal lewat goyangan
pinggulnya itu. Publik tidak mengenal latar belakang atau semacamnya. Ketika masyarakat
mendengar nama “Vicky Prasetyo”, kata-kata kacau malah muncul di dalam pikiran.
Di antaranya, “29
my age”, “kontroversi hati”,
"konspirasi kemakmuran", "kudeta keinginan",
"statusisasi kemakmuran", dan “labil ekonomi”.
Pengacauan kata-kata maupun pelanggaran
makna kata, jauh sebelum Vicky, sesungguhnya telah dilakukan orang-orang
tertentu. Di Indonesia, misalnya, ada Sutarji Calzoum Bahri. Sutarji melabrak
makna kata, mengacaukan gramatika, dan sejenisnya. Pembaca mengernyitkan dahi.
Hanya saja, Sutarji bukanlah Vicky. Sutarji merupakan penyair, dikenal sebagai
Presiden Penyair. Berikut salah satu judul puisi Sutarji yang cukup dikenal di
kalangan kesastraan Indonesia.
SEPISAUPI
sepisau luka sepisau
duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
Lebih jauh lagi, pada era keemasan
sastra klasik di Eropa, para penyair membongkar kata dan membongkar makna. Para
penyair membuat pengacauan kata (bahasa) dari bahasa konvensional.
Tapi, Vicky bukanlah penyair. Penyair
memiliki syarat tertentu agar dapat melabrak kata dan melabrak makna kata.
Penyair memiliki tujuan memperindah kata dan mempertajam makna (dari makna yang
telah dibakukan). Asas yang mengizinkan pelanggaran itu berupa lisensi puitika.
Asas itu bukan sembarang asas. Seperti pernyataan pembuat kamus Tesaurus Bahasa
Indonesia, Eko Endarmoko, bahwa lisensi puitik dapat dibenarkan bila si penyair
telah melewati fase pemahaman bahasa dengan baik. Penyair harus memahami dengan
tepat lebih dahulu sebelum ia “melawan kata”.
Belum genap seminggu dari prosesi
lamaran, perempuan-perempuan lain muncul. Penyanyi dangdut dan perempuan yang
mengaku sebagai istrinya bergoyang lidah. Mereka ingin menghakimi lelaki yang
(tadinya) bakal menjadi ayah dari anak-anak Zaskia itu. "Aku merasa termakan sama Vicky. Dia pintar ambil hati saya. Saya
termakan omongannya," lantang Desi, salah seorang perempuan-perempuan itu,
kala konfrensi pers di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Selasa (02/09/13).
Vicky hanyalah nama pengelabuan. Nama
aslinya ialah Hendriyanto. Bila seorang menyamarkan nama, maka ada maksud
tersendiri atas penyamaran tersebut.
Ternyata maksud dan tujuan
Vicky bukanlah memperindah kata bak kata-kata penyair. Vicky mampu mengelabui
perempuan-perempuan cantik. Lantas, pahamlah publik terhadap maksud dan tujuan
perkataan tersebut. Ia mengelabui.
*dimuat di Harian Pelita
Sabtu, 14 September 2013
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.