ARTIKEL PINTASAN

Monday, September 16, 2013

Mengelabui




Belum tuntas soal-menyoal pernikahan, Vicky Prasetyo membuat kehebohan publik. Usai gonjang-ganjing lamarannya dengan penyanyi dangdut asal Sukabumi, Zaskia Goyang Itik, video Vicky muncul ke publik melalui ruang maya Youtube. Sebenarnya video itu merupakan video publikasi ulang, sebelumnya telah dipublikasi di media elektronik. Dalam video itu, ia diwawancarai oleh reporter entertain dalam rangka momen lamarannya kepada si seniman populis Zaskia.
Video pertama diunggah pada Sabtu, 7 September 2013. Isinya berupa wawancara tentang lamarannya kepada si cantik Zaskia. Video kedua diunggah dua hari kemudian, setelah video pertama ramai bertebaran di media sosial daring, Facebook dan Twitter, pada Senin, 9 September 2013.
Dengan santai nan (seolah) berwibawa –tentu laki-laki yang berada di sebelah kekasihnya pasti ingin tampil wibawa ketika berhadapan pada publik, ia berujar, "Tapi, kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga." Bermaksud hendak menyampaikan pesan kepada publik, ia justru menjadi pengacau pesan. Tidak ada pesan tersampaikan. Ia sebagai komunikator tidak memahami konteks perilakunya, yang berbicara di hadapan publik. Dari kekacauan ringan, mensiasati seharusnya menyiasati, hingga kekacauan berat, penyatuan antarkata, labil dengan ekonomi. Entah siapa yang mengerti andai kata ada kata seperti ini, rusak motor, kencang mobil. Seharusnya, motor rusak dan mobil kencang. Begitu pula apa wujud kalimat dalam perkataan Vicky tersebut.
Selanjutnya terdapat perkataan "Dengan adanya hubungan ini, bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident." Maksudnya ialah membuat takut dan membuat suram. Ia malah mengacaukan proses kata berimbuhan, seumpama kata lain, memperberani dan memperkusut.
Dalam video yang dipublikasi dua hari berikutnya, ia seakan ingin memelopori bahasa Inggris. Coba lihat kalimat berikut, "My name is Hendrianto. I am froms the birthday in Karang Asih, Karang Asih City." Siapa pun berkenyit alis ketika mendengarkan –siapa pun berarti kalangan dewasa, remaja, hingga anak-anak yang terbiasa mendengar bahasa Inggris- perkataan tersebut. Siapa yang bisa memahami contoh kalimat lain, dalam kasus pengacauan gramatika, seperti berikut, “Saya makan di daging ayam dengan Rumah Makan Padang.”
Kini Vicky menjadi lebih terkenal sebelum ia melamar penyanyi dangdut yang terkenal lewat goyangan pinggulnya itu. Publik tidak mengenal latar belakang atau semacamnya. Ketika masyarakat mendengar nama “Vicky Prasetyo”, kata-kata kacau malah muncul di dalam pikiran. Di antaranya, “29 my age”, “kontroversi hati”, "konspirasi kemakmuran", "kudeta keinginan", "statusisasi kemakmuran", dan “labil ekonomi”.
Pengacauan kata-kata maupun pelanggaran makna kata, jauh sebelum Vicky, sesungguhnya telah dilakukan orang-orang tertentu. Di Indonesia, misalnya, ada Sutarji Calzoum Bahri. Sutarji melabrak makna kata, mengacaukan gramatika, dan sejenisnya. Pembaca mengernyitkan dahi. Hanya saja, Sutarji bukanlah Vicky. Sutarji merupakan penyair, dikenal sebagai Presiden Penyair. Berikut salah satu judul puisi Sutarji yang cukup dikenal di kalangan kesastraan Indonesia.

SEPISAUPI
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi

Lebih jauh lagi, pada era keemasan sastra klasik di Eropa, para penyair membongkar kata dan membongkar makna. Para penyair membuat pengacauan kata (bahasa) dari bahasa konvensional.
Tapi, Vicky bukanlah penyair. Penyair memiliki syarat tertentu agar dapat melabrak kata dan melabrak makna kata. Penyair memiliki tujuan memperindah kata dan mempertajam makna (dari makna yang telah dibakukan). Asas yang mengizinkan pelanggaran itu berupa lisensi puitika. Asas itu bukan sembarang asas. Seperti pernyataan pembuat kamus Tesaurus Bahasa Indonesia, Eko Endarmoko, bahwa lisensi puitik dapat dibenarkan bila si penyair telah melewati fase pemahaman bahasa dengan baik. Penyair harus memahami dengan tepat lebih dahulu sebelum ia “melawan kata”.
Belum genap seminggu dari prosesi lamaran, perempuan-perempuan lain muncul. Penyanyi dangdut dan perempuan yang mengaku sebagai istrinya bergoyang lidah. Mereka ingin menghakimi lelaki yang (tadinya) bakal menjadi ayah dari anak-anak Zaskia itu. "Aku merasa termakan sama Vicky. Dia pintar ambil hati saya. Saya termakan omongannya," lantang Desi, salah seorang perempuan-perempuan itu, kala konfrensi pers di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Selasa (02/09/13).
Vicky hanyalah nama pengelabuan. Nama aslinya ialah Hendriyanto. Bila seorang menyamarkan nama, maka ada maksud tersendiri atas penyamaran tersebut.
Ternyata maksud dan tujuan Vicky bukanlah memperindah kata bak kata-kata penyair. Vicky mampu mengelabui perempuan-perempuan cantik. Lantas, pahamlah publik terhadap maksud dan tujuan perkataan tersebut. Ia mengelabui.


*dimuat di Harian Pelita
Sabtu, 14 September 2013

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes