film The Godfather |
Michael
histeris. Kay, istri Michael, juga histeris. Yang lainnya, yang melihat Mary
mati, pun menangis.
“Ma Fia...!”
kata yang berulang-ulang dilontarkan seorang ibu ketika anak perempuannya
diperkosa. Kala itu, peristiwa yang terjadi sekitar abad 19, si ibu keluar
gedung ibadah. Usai ibadah kebaktian itu, si ibu keluar gedung dengan mendapati
anaknya diperkosa oleh tentara. Pelakunya adalah pasukan tentara
Prancis.
Kisah sang ibu
yang mendapati anak perempuannya menjadi korban kekerasan (perkosaan) itu terwujud
di akhir film The Godfather III. Usai
adegan kematian anaknya, Michael yang telah tua renta duduk dengan sebuah bangku di halaman rumah. Tubuhnya lunglai. Tak lama kemudian, mafioso –sebutan untuk
“aktivis” mafia- itu pun mati. Kematiannya serupa kematian bapaknya, Don Vito
Corleone (sebutan “Don” untuk orang-orang terhormat). Vito Corleone, pada The Godfather I, mati di taman kala
bermain dengan cucunya. Keduanya mati pada situasi sepi.
Vito Corleone
adalah pemuda cerdik. Ia juga penyayang keluarganya. Sebagai laki-laki yang bertanggung jawab penuh terhadap keluarga, ia berprinsip, “Seorang pria yang tidak menyempatkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga tidak akan pernah menjadi pria sejati.” Ia berani melakukan apa pun –apa pun di sini berarti keluar
dari batas-batas sosial, seperti etika, moral, dan kemanusiaan – demi menjaga
martabat dan kesejahteraan keluarga. Suatu kali dokter menyatakan, “Anak Anda (Michael
Corleonte kala balita) menderita pneumonia.” Tak ingin anaknya menderita, dia membunuh orang yang tergolong
memiliki harta di sekitar tempatnya tinggal. Di tengah arak-arakan keagamaan,
dalam adegan The Godfather II, Vito
membuntuti seorang hartawan. Si hartawan di sisi jalan umum yang dipadati arak-arakan. Vito berjalan di atap, dari satu rumah ke rumah lain. Sampai si hartawan itu di ambang pintu kamarnya, Vito pun membunuhnya dengan strategi yang telah disiapkan sebelum si hartawan datang.
Kebiasaan membunuh
itu acapkali dilakukan Vito Corleone. Ia mampu membunuh pengusaha-pengusaha
kelas kakap, seperti apa yang ditunjukkan dalam adegan pembunuhan terhadap pengusaha
zaitun di teras rumah si pengusaha. Kala berbisik, Vito menyayat perut si pengusaha yang telah mengalami gangguan pendengaran karena faktor usia. “Darah adalah biaya yang mahal,” begitu
ungkapan salah seorang tokoh. Pada rupa kecerdikan dan kekejian itu, dia
memiliki sikap peduli kepada siapa saja yang mendatanginya untuk berharap pertolongan.
Vito Corleone
menjadi besar di tanah rantau, Amerika Serikat. Besar di sini, seperti apa yang dinyatakan Vito, ialah “Orang
besar tidak dilahirkan langsung besar, tapi mereka tumbuh menjadi besar.” Besar
secara ekonomi dan besar di tegah-tengah kehidupan masyarakat. Dia pun diberi
gelar “Don”, sebagai ucapan terima kasih masyarakat. Dia juga dijuluki “The
Godfather” sebagai ungkapan kebesaran namanya, Corleone. Dia memiliki bisnis,
dia memiliki kewibawaan, dia memiliki sikap menolong, dan dia memiliki banyak relasi
politik serta relasi hukum. Sebelumnya dia bersama istrinya adalah imigran
bertangan hampa, dari Sicilia ke Amerika –fakta sejarah menyatakan, pada masa
itu, kepemimpinan Mussolini, dipandang secara struktural kekerasan dan
kemelaratan membuat rakyat Sicilia memberontak atau mengungsi.
Bisnisnya tidak
berjalan mulus kala anak-anaknya, Santino (Sonny), Fredo, Michael, dan Connie,
telah dewasa. Konflik antar-pebisnis, antarkelompok imigran asal Italia, muncul
akibat motif capaian ekonomi tidak berjalan lancar. Motif persaingan dan kerja
sama bisnis merambah ke kehidupan pribadi keluarga besar Corleone. Persaingan
bisnis menjadi prosesi pembunuhan. Di perkotaan Vito ditembak oleh penembak
bayaran musuh. Di sebuah bar, musuh keluarga Corleon ditembak mati oleh
Michael, bertujuan balas dendam. Sonny ditembaki tanpa ampun di pintu tol, juga
bertujuan balas dendam. Dendam, prosesi pembunuhan terus berlanjut –menunjukkan
sebuah kekerasan berspiral.
Kematian Vito Corleon membuat Michael menjadi pimpinan keluarga Corleon, dengan setumpuk masalah dendam dan bisnis besar yang diturunkan ayahnya, Vito Corleon. Intrik, pembunuhan, bisnis, politik, dan hukum menjadi lebih besar di tangan Michael. Suatu kali Michael, pada The Godfather III, meminimalisasi cara-cara berpikir rasional semata. Ia menemui petinggi kelompok agama gereja. Ia menyatakan pengakuan, sebuah dosa besar. Ia telah beralih, hal-hal yang rasio menjadi beban moral lewat perasaan bersalahnya atas tindakan selama hidupnya: membunuh musuh, membunuh keluarga, dan pengkhiatan istri. Ia ingin sejarah keluarga Corleon terhapus, ingin masa depan keluarga Corleon berada pada titik kedamaian sosial dan kedamaian jiwa.
Kematian Vito Corleon membuat Michael menjadi pimpinan keluarga Corleon, dengan setumpuk masalah dendam dan bisnis besar yang diturunkan ayahnya, Vito Corleon. Intrik, pembunuhan, bisnis, politik, dan hukum menjadi lebih besar di tangan Michael. Suatu kali Michael, pada The Godfather III, meminimalisasi cara-cara berpikir rasional semata. Ia menemui petinggi kelompok agama gereja. Ia menyatakan pengakuan, sebuah dosa besar. Ia telah beralih, hal-hal yang rasio menjadi beban moral lewat perasaan bersalahnya atas tindakan selama hidupnya: membunuh musuh, membunuh keluarga, dan pengkhiatan istri. Ia ingin sejarah keluarga Corleon terhapus, ingin masa depan keluarga Corleon berada pada titik kedamaian sosial dan kedamaian jiwa.
Usaha perubahan
Michael, yang memasuki usia renta, 60-an, tidak berhasil. Istrinya, Kay, mampu
mendukung secara moral usaha Michael, mesti jauh sebelumnya Kay telah
mengingatkan Michael agar meninggalkan tradisi keluarga Corleon. Vincent, anak Sonny
Corleon, “tertular” tradisi itu, yang telah mengetahui jejak sang paman (Michael)
dan kakeknya. Connie menitah kepada
Vincent di sebuah ruang keluarga, “Vincent, bila terjadi sesuatu pada diri
Michael, kau adalah pemimpin keluarga Corleon selanjutnya.” Vincent dan Michael
bertolak belakang secara pemikiran. Vincent menjadi kendala bagi Michael, untuk
menuju perubahan tradisi keluarga yang penuh darah. “Kalau itu pilihanmu, jauhi
anakku (Mary),” ujar Michael kepada Vincent sebelum menahbiskan Vincent sebagai
pucuk keluarga Corleon.
Mary tidak terima sikap ayahnya. Di sebuah
gedung pertunjukan drama, sebelum drama dimulai, Mary menunjukkan kekesalannya
atas sikap sang ayah melalui sikap badannya. Usai pertunjukan drama, di ambang
tangga keluar-masuk gedung, Mary mengejar ayahnya. Seorang pembunuh bayara,
dengan baju keuskupan, menembaki Michael di tangga itu. Mary mati. “Ma Fia!”
“Jangan pernah membenci
musuhmu. Itu berpengaruh terhadap penilaianmu” ujar kecerdikan nan rasional sang
pemimpin kelompok mafia Italia Vito Corleon dalam The Godfather I.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.