ilustrasi media sosial (foto: blogspot) |
Usai
kemunculan di Twitter (versi berbayar), Presiden SBY muncul dengan akun sosial
lainnya, yakni Fanpage Facebook, Google Plus, dan Youtube. Sebagai orang nomor
satu di Indonesia tentu akun sosial tersebut segera mendapat respon dari
masyarakat. Di Twitter, akun @SBYudhoyono telah mendapat pengikut (followers) sebanyak 2,7 juta. Pada hari
pertama peluncuran Fanpage SBY, penyuka (liker)
langsung mencapai 150 juta. Bagi dunia sosial media angka-angka itu tentu
sangat mengagumkan.
Perubahan
perilaku masyarakat saat ini adalah tujuan Sang Presiden mengadakan “suaranya”
di dunia media sosial. Masyarakat cenderung mengejar modernitas melalui
kepemilikan komoditas tertentu, yang dianggap sebagai barang mewah. Salah
satunya ialah kepemilikan gadget, yang dianggap lebih mudah dibawa ke mana pun
sehingga nilai prestise sosialnya jauh lebih mudah ditunjukkan. Di dalam gadget
tersebut dimuat aplikasi-aplikasi yang dapat memudahkan pengguna gadget
bersosialisasi melalui akun maya masing-masing.
Pengguna
gadget di Indonesia, terhitung pada pertengahan tahun 2013, telah mencapai
angka 240 juta penggunaan piranti gadget. Sementara itu pengguna gadget sekitar
67% dari jumlah penduduk Indonesia. Demikian disampaikan pihak Kementerian
Komunikasi dan Informasi. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah
penduduk Indonesia. Alasannya, penggunaan gadget di Indonesia tidak hanya satu
piranti, melainkan dua maupun tiga piranti.
Pertumbuhan
konsumsi gadget akan terus bertambah. Kedepannya pasar gadget tidak hanya
berpusat di pulau Jawa, melainkan di daerah-daerah. Target 2015, angka
pertumbuhan pengguna gadget bisa menembus 50% dari angka saat ini.
Inilah
sarana masyarakat saat ini untuk mengakses akun media sosial. Ketersediaan
sarana seperti ini tentunya yang dibidik oleh politisi-politisi yang
bersiap-siap mengarungi elektoral 2014. Mengapa media sosial memiliki daya
tarik digandrungi bagi politisi?
Pertama, media sosial merupakan ruang private yang lain (the other) dari kehidupan nyata. Di
sinilah targetnya, yakni menyampaikan pesan atau “suara” kepada individu.
Penyampaian “suara” itu dianggap efektif, seperti menyampaikan pesan tatap
muka.
Kedua, jumlah pengguna media sosial. Berdasarkan
perhitungan lembaga-lembaga statistik layanan media sosial di dunia, Indonesia
selalu berada di peringkat lima besar dalam urusan pengguna media sosial. Pada
awal tahun ini, 2013, Kementerian Kominfo menyatakan, pengguna Facebook di
Indonesia nyaris mencapai angka 50 juta. Sementara itu, masih menurut Kominfo,
pengguna Twitter mencapai 19,7 juta. Keduanya berada di tengah-tengah penetrasi
pengguna internet di Indonesia, yang mencapai 65 juta pengguna. Tingginya
tingkat pengguna media sosial inilah yang ingin diraup.
Ketiga, kaum muda (remaja). Secara keseluruhan, hampir
setengah pengguna aktif media sosial berada di kisaran usia 15 tahun sampai 22
tahun. Indikasi usia ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat remaja pengguna
media sosial.
Keempat, interaksi (kedekatan). Interaksi maya pengguna
media sosial secara statistik juga cukup tinggi. Di ranah Twitter, misalnya, trending topic Twitter kerap muncul dari
kicauan (Tweet) pengguna Twitter di Indonesia. Trending topic tersebut muncul
dalam skala trending topic dunia.
Selain indikator angka, kedekatan antarpengguna media sosial mampu mendekatkan
personalitas. Di sana akan muncul komunikasi maya dua arah.
Kelima, efisiensi. Dengan melakukan interaksi maya,
komunikasi dapat dilakukan secara efisien. Tidak membutuhkan banyak biaya.
Cukup modal koneksi internet, dan target yang cukup banyak, interaksi sangat
efisien. Sekali melakukan “suara” di media sosial, ribuan pengguna lainnya
telah menangkap “suara” itu.
Efisiensi,
efektivitas, dan jumlah pengguna adalah targetan politis bagi politisi pengguna
media sosial. Komunikasi politiknya tersalurkan melalui media sosial, tanpa
mengeluarkan banyak biaya dan banyak waktu. Komunikasi politis berkelanjutan
yang dilakukan oleh seorang politisi mampu membuat citra dirinya semakin baik. Pada
pencitraannya, politisi seumpama artis yang membutuhkan keterkenalan di ruang
publik demi pencapaian politis.
*dimuat awal di Harian Analisa, Rabu 24 Juli 2013
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.