ARTIKEL PINTASAN

Saturday, July 27, 2013

Capaian Politis Presiden di Media Sosial




ilustrasi media sosial (foto: blogspot)
Usai kemunculan di Twitter (versi berbayar), Presiden SBY muncul dengan akun sosial lainnya, yakni Fanpage Facebook, Google Plus, dan Youtube. Sebagai orang nomor satu di Indonesia tentu akun sosial tersebut segera mendapat respon dari masyarakat. Di Twitter, akun @SBYudhoyono telah mendapat pengikut (followers) sebanyak 2,7 juta. Pada hari pertama peluncuran Fanpage SBY, penyuka (liker) langsung mencapai 150 juta. Bagi dunia sosial media angka-angka itu tentu sangat mengagumkan.

Perubahan perilaku masyarakat saat ini adalah tujuan Sang Presiden mengadakan “suaranya” di dunia media sosial. Masyarakat cenderung mengejar modernitas melalui kepemilikan komoditas tertentu, yang dianggap sebagai barang mewah. Salah satunya ialah kepemilikan gadget, yang dianggap lebih mudah dibawa ke mana pun sehingga nilai prestise sosialnya jauh lebih mudah ditunjukkan. Di dalam gadget tersebut dimuat aplikasi-aplikasi yang dapat memudahkan pengguna gadget bersosialisasi melalui akun maya masing-masing.

Pengguna gadget di Indonesia, terhitung pada pertengahan tahun 2013, telah mencapai angka 240 juta penggunaan piranti gadget. Sementara itu pengguna gadget sekitar 67% dari jumlah penduduk Indonesia. Demikian disampaikan pihak Kementerian Komunikasi dan Informasi. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah penduduk Indonesia. Alasannya, penggunaan gadget di Indonesia tidak hanya satu piranti, melainkan dua maupun tiga piranti.

Pertumbuhan konsumsi gadget akan terus bertambah. Kedepannya pasar gadget tidak hanya berpusat di pulau Jawa, melainkan di daerah-daerah. Target 2015, angka pertumbuhan pengguna gadget bisa menembus 50% dari angka saat ini.

Inilah sarana masyarakat saat ini untuk mengakses akun media sosial. Ketersediaan sarana seperti ini tentunya yang dibidik oleh politisi-politisi yang bersiap-siap mengarungi elektoral 2014. Mengapa media sosial memiliki daya tarik digandrungi bagi politisi?

Pertama, media sosial merupakan ruang private yang lain (the other) dari kehidupan nyata. Di sinilah targetnya, yakni menyampaikan pesan atau “suara” kepada individu. Penyampaian “suara” itu dianggap efektif, seperti menyampaikan pesan tatap muka.

Kedua, jumlah pengguna media sosial. Berdasarkan perhitungan lembaga-lembaga statistik layanan media sosial di dunia, Indonesia selalu berada di peringkat lima besar dalam urusan pengguna media sosial. Pada awal tahun ini, 2013, Kementerian Kominfo menyatakan, pengguna Facebook di Indonesia nyaris mencapai angka 50 juta. Sementara itu, masih menurut Kominfo, pengguna Twitter mencapai 19,7 juta. Keduanya berada di tengah-tengah penetrasi pengguna internet di Indonesia, yang mencapai 65 juta pengguna. Tingginya tingkat pengguna media sosial inilah yang ingin diraup.

Ketiga, kaum muda (remaja). Secara keseluruhan, hampir setengah pengguna aktif media sosial berada di kisaran usia 15 tahun sampai 22 tahun. Indikasi usia ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat remaja pengguna media sosial.

Keempat, interaksi (kedekatan). Interaksi maya pengguna media sosial secara statistik juga cukup tinggi. Di ranah Twitter, misalnya, trending topic Twitter kerap muncul dari kicauan (Tweet) pengguna Twitter di Indonesia. Trending topic tersebut muncul dalam skala trending topic dunia. Selain indikator angka, kedekatan antarpengguna media sosial mampu mendekatkan personalitas. Di sana akan muncul komunikasi maya dua arah.

Kelima, efisiensi. Dengan melakukan interaksi maya, komunikasi dapat dilakukan secara efisien. Tidak membutuhkan banyak biaya. Cukup modal koneksi internet, dan target yang cukup banyak, interaksi sangat efisien. Sekali melakukan “suara” di media sosial, ribuan pengguna lainnya telah menangkap “suara” itu.

Efisiensi, efektivitas, dan jumlah pengguna adalah targetan politis bagi politisi pengguna media sosial. Komunikasi politiknya tersalurkan melalui media sosial, tanpa mengeluarkan banyak biaya dan banyak waktu. Komunikasi politis berkelanjutan yang dilakukan oleh seorang politisi mampu membuat citra dirinya semakin baik. Pada pencitraannya, politisi seumpama artis yang membutuhkan keterkenalan di ruang publik demi pencapaian politis.

Akhir uraian, layaklah ditulis pernyataan seniman populis asal Amerika, Andy Warhol. Andy menyatakan, di masa depan dalam waktu lima belas menit orang dapat mendunia (terkenal).

*dimuat awal di Harian Analisa, Rabu 24 Juli 2013

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes