Judul
Buku: Bola di Balik Bulan
Penulis
Buku: Sindhunata
Penerbit: PT Kompas
Media Nusantara
Cetakan: Mei 2002
Tebal: 296 halaman
ISBN-13: 979-709-026-4
Olah
raga terbesar di dunia saat ini ialah sepak bola. Sepak bola tumbuh seiring
kontribusi sistem industri yang mampu menghidupkan semarak sepak bola.
Penontonnya ada di lapangan (pertandingan) dan di balik layar televisi
antarnegara. Di negeri berpenduduk 260 juta jiwa, olah raga ini paling digemari
masyarakat ketimbang olah raga lainnya.
Sepak
bola telah menjadi bagian dari industri kapitalis. Begitu pernyataan yang
tertera di dalam buku Bola di Balik Bulan
ini. Penulisnya, Sindhunata, mengingatkan bahwa sepak bola bukan sekadar olah
tubuh, sepak bola bukan sekadar hubungan antara suporter dan para pemain, dan
sepak bola bukan sekadar stadion.
Sindhunata,
seorang akademisi filsafat ini, mengulas berbagai sudut, ruang, maupun kacamata
seputar sepak bola dari aspek sejarah, aspek filsafat, dan aspek politik. Judul
per judul pernah dipublikasi di media cetak, namun tidak membuat karya tulis
dari tangan seorang wartawan ini tidak relevan lagi bila pembaca memahami
tulisannya dalam konteks sepak bola kekinian.
Batas
antara politik dan sejarah cukup sulit ditemui di tiap-tiap judulnya. Mantan
Pemimpin Redaksi Basis mengisyaratkan lewat cara penulisannya, sejarah,
filsafat, dan politik saling terkait. Tidak pernah berdiri sendiri, utuh
sebagai suatu keadaan mandiri. Begitu sepak bola dipandang Sindhunata.
Di
dalam sepak bola hanya ada dua wujud karakter tim bermain, menyerang atau
bertahan, bak sebuah perang. Sindhunata mengurai “defensif” secara filosofis. Dalam sistem defensif ini, pemain hanya
betah di daerahnya sendiri. Bertualang di daerah lawan sebisa-bisanya
diminimalkan. Ide untuk membuat dan menentukan permainan, inisiatif untuk
menyerang, memprovokasi agar lawan juga menunjukkan pola permainannya, semua
adalah “larangan” dalam birokrasi sistem defensif. Sebaliknya, menanti dan
mengharapkan lawan melakukan kesalahan, menanti kesempatan “counter”, itulah
diktat defensif. (hlm 25)
Komentator-komentator
televisi kerap pula terdengar mengeluarkan pernyataan keberuntungan di dalam
sepak bola. Gol atau tidak gol dianggap keberuntungan tim. Cedera atau
tangguhnya pemain juga kadang dianggap keberuntungan. Tiang luar maupun tiang
dalam juga dianggap keberuntungan tim. Bagi Sindhunata, sisi filosofi perihal
keberuntungan itulah yang dikedepankan, bahwa keberuntungan bukan gejala
pencapaian manusia. Maka biarlah
pertandingan menjadi saksi akan apa yang seharusnya paling wajar terjadi dalam
hidup manusia ini, yakni bahwa dalam kehidupan manusia yang biasa keberuntungan
itu sebenarnya hanyalah hal yang tersisa atau hasil samping dari suatu usaha
dan jerih payah manusia habis-habisan. (hlm 166)
Tulisan
dari judul ke judul selalu ada fakta-fakta up
to date, sehingga mungkin saja mampu menyegarkan pembaca. Meski sisi
sejarah adalah jalur utama tulisan dalam satu judul, Sindhu mampu membawanya
kembali, dari masa lalu ke masa kini. Kreativitas
itu muncul justru karena krisis dan kekacauan. Itulah tampaknya mentalitas
orang Italia. Sedikit banyak
mentalitas ini pula yang terasa hidup dalam dunia sepak bola mereka. Mencoba
dan mencoba membangun diri dari krisis ke krisis. Itulah senantiasa dikerjakan
persepakbolaan Italia. (hlm 264)
Rakyat Brasil tahu, penindasan yang
diawali di zaman Columbus itu berlanjut sampai kini. Meski hanya lewat bola,
Brasil telah berhasil merebut kembali Amerika dan orang Eropa. Mereka
mengalahkan “orang Eropa” justru di tanah di mana dulu mereka ditindas dan
diinjak (hal 221). Meski zaman
Columbus telah berlalu beberapa abad silam, Sindhu membawa kembali ke ingatan
pembacanya bahwa pertandingan sepak bola pun mampu menggiring ingatan-ingatan
para penontonnya pada perihal sejarah, baik sejarah negeri atas kedua tim
maupun sejarah politik etnis antarkedua negara tim yang bertanding.
Sejarah
dan politik merupakan dua arah yang berjalan linier. Dari dua sisi itu membaur,
seperti pula membaurnya di dalam tulisan yang berjudul “Perebutan Takhta
Britania”, salah satu judul dari 45 judul keseluruhan. The battle! Perang, inilah yang akan terjadi di stadion Wembley,
Inggris dan Skotlandia, dua Auld Enemy, musuh bebuyutan akan saling berlaga
untuk membuktikan siapakah pilar Kerajaan Britania Raya (“Perebutan Takhta
Britania” hlm 282). Sikap politik ada di dalam pertandingan antara Inggris
dan Skotlandia tersebut.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.