Stabilitas Finansial Keluarga Dimulai dari Kesadaran - Presiden terpilih berencana
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Kenaikan harga BBM ini
tentu akan berimbas terhadap inflasi. Harga-harga kebutuhan pokok akan ikut
naik agar mampu menyesuaikan beban produksi komoditas. Pada tahun lalu,
misalnya, kenaikan harga premium sebesar Rp2.000 menyebabkan inflasi sebesar
1,03 persen. Akibatnya, harga barang dan cabe rawit di pasaran naik kisaran
10-15 persen. Begitu pula harga-harga kebutuhan pokok lainnya.
Di negeri lain, Jepang, menurut
kabar, dalam hal urusan pernikahan tidaklah mudah bagi masyarakat di sana.
Pasalnya, seorang calon menantu harus siap-siap dicecar pertanyaan sinis
perihal jaminan finansial masa depan kehidupan anaknya. Biasanya orangtua pihak
perempuan mempertanyakan asuaransi apa yang telah dimiliki si laki-laki.
Bahkan, sampai besaran premi dan jenis asuaransinya.
Dua hal di atas, kenaikan harga BBM
dan pernikahan di Jepang, merupakan hal yang berbeda konteks. Namun keduanya
memilki benang merah. Keduanya sama-sama berurusan finansial.
Kenaikan harga BBM di atas tentu
akan sangat terasa terhadap ekonomi keluarga. Pengeluaran semakin besar,
sementara pemasukan belum tentu bertambah. Tanpa pengelolaan yang baik, hal itu
akan menyebabkan besar pasak daripada tiang. Pengeluaran lebih besar daripada
pendapatan, sehingga berdampak pula pada hal lainnya. Karena itu pulalah dapat
dipahami keluarga di Jepang selalu menanyai calon menantunya perihal asuransi
sebagai wadah jaminan. Siapa bisa menjamin stabilitas ekonomi nasional maupun
ekonomi global.
Masyarakat Indonesia pada umumnya,
khususnya mereka yang akan maupun baru saja melakukan pernikahan, perlu
membangun kesadaran bersama akan hal kesadaran finansial keluarga. Kesadaran di
sini ialah kesadaran secara utuh, termasuk pengelolaan. Di dalam kehidupan
berkeluarga selalu terdapat kesulitan-kesulitan finansial akibat dinamisnya
roda ekonomi nasional, khususnya akibat inflasi BBM yang kerap terjadi dalam
rentang 1-2 tahun sekali. “Seringkali masalahnya bukan terletak pada
penghasilan yang kurang, tetapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,”
papar Ligwina Hananto, ahli perencana keuangan, dalam acara Ayahbunda, seperti
dinukil dari laman Ayahbunda.co.id.
Inflasi juga berdampak pada
pengeluaran pendidikan anak dan kesehatan. Selain pengeluaran tarif (SPP)
sekolah, bagi pelajar kosan pun akan semakin berat, seperti biaya kontrakan,
biaya praktik, dan sebagainya.
Begitu pula biaya kesehatan.
Seperti survei yang dilakukan Global Medical Trends Report dari Tower Watson pada
tahun 2012, rata-rata kenaikan biaya pengobatan di Indonesia sepanjang tahun
2009-2011 naik dari 10,7 persen menjadi 13,55 persen pertahun. Bahkan, seperti
tercatat pada Kompas, 2013, sebanyak 86
persen penghasilan ekonomi keluarga digunakan untuk kesehatan. Ini berarti
sebagian besar pendapatan habis untuk biaya kesehatan saja. Berdasarkan survei
report dari Tower Watson 2012, biaya kesehatan di Indonesia pada tahun 2012
naik dari 14 persen dibanding tahun 2011. Ironinya lagi, 70 persen penduduk
Indonesia membiaya sendiri biaya dokter maupun rumah sakit.
Kesadaran finansial perlu dibangun
sejak dini. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk membangun kesadaran ini
ialah perencanaan (pendapatan dan pemasukan), kebutuhan asuransi, dan
investasi.
Perencanaan sejak dini (sebelum
menikah maupun di awal pernikahan) merupakan tiang atau pondasi kehidupan rumah
tangga. Rumah tangga dan finansial keluarga seperti air dan gelas. Air sulit
diminum tanpa menggunakan gelas (wadah). Perencanaan yang baik adalah
perencanaan yang tidak besar pasak daripada tiang. Hal itu dapat dimulai dengan
penghitungan pendapatan dan perkiraan pengeluaran keluarga (suami istri).
“Perusahaan asuransi merupakan
sarana pembantu,” papar Bert Paterson, Presiden Direktur PT Sun Life Finansial
Indonesia, seperti dinukil dari laman resmi Sun Life. Membantu di sini selayaknya
motor dalam mencapai suatu tujuan. Setelah perencanaan, penyesuaian kebutuhan
dan perusahaan asuransi perlu dipertimbangkan sebaik mungkin. Bila membutuhkan
asuransi berbasis agama, misalnya, maka pencarian informasi tentang perusahaan asuransi
syariah merupakan langkah terbaik. Pendapatan dan premi asuransi menjadi
pertimbangan selanjutnya. Jangan sampai premi malah memberatkan pengeluaran. Premi
yang memberatkan pemasukan justru menjadi kesalahan fatal. Dengan demikian,
pencarian informasi perihal perusahaan asuransi sedetail mungkin merupakan
langkah memahami wadah yang akan digunakan.
Investasi merupakan faktor
pendukung terpenting dalam stabilitas finansial keluarga. Investasi dapat
dilakukan setelah tahap perencanaan dan penggalian informasi perihal asuransi telah
terpenuhi. Investasi dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya
investasi emas, investasi tanah, dan investasi bisnis. Investasi yang baik
ialah investasi yang dilakukan berdasarkan kondisi nyata keluarga, bukan
memaksa diri. Artinya mamaksa tersebut ialah memaksa dalam permodalan. Demi
memiliki modal besar, utang pun jadi cara yang ditempuh. Bahkan, fatalnya, meminjam
dana modal dari bank dengan perhitungan di luar batas pemasukan.
Apabila ketiga hal tersebut dilalui
dengan baik, suatu kesadaran yang matang sejak dini, situasi kenaikan BBM
bersubsidi tidak mudah menggoyahkan finansial keluarga. Meski subsidi BBM dicabut
pemerintah, finansial keluarga akan tetap stabil.
(Sumber: Bisnis.com, Brighterlife.co.id, Ayahabunda.co.id, Swa.co.id, Kompas)
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.