ARTIKEL PINTASAN

Saturday, September 6, 2014

Stabilitas Finansial Keluarga Dimulai dari Kesadaran




ilustrasi (sumber: beritabuzz.blogspot.com)
Stabilitas Finansial Keluarga Dimulai dari Kesadaran - Presiden terpilih berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Kenaikan harga BBM ini tentu akan berimbas terhadap inflasi. Harga-harga kebutuhan pokok akan ikut naik agar mampu menyesuaikan beban produksi komoditas. Pada tahun lalu, misalnya, kenaikan harga premium sebesar Rp2.000 menyebabkan inflasi sebesar 1,03 persen. Akibatnya, harga barang dan cabe rawit di pasaran naik kisaran 10-15 persen. Begitu pula harga-harga kebutuhan pokok lainnya.
Di negeri lain, Jepang, menurut kabar, dalam hal urusan pernikahan tidaklah mudah bagi masyarakat di sana. Pasalnya, seorang calon menantu harus siap-siap dicecar pertanyaan sinis perihal jaminan finansial masa depan kehidupan anaknya. Biasanya orangtua pihak perempuan mempertanyakan asuaransi apa yang telah dimiliki si laki-laki. Bahkan, sampai besaran premi dan jenis asuaransinya.
Dua hal di atas, kenaikan harga BBM dan pernikahan di Jepang, merupakan hal yang berbeda konteks. Namun keduanya memilki benang merah. Keduanya sama-sama berurusan finansial.
Kenaikan harga BBM di atas tentu akan sangat terasa terhadap ekonomi keluarga. Pengeluaran semakin besar, sementara pemasukan belum tentu bertambah. Tanpa pengelolaan yang baik, hal itu akan menyebabkan besar pasak daripada tiang. Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, sehingga berdampak pula pada hal lainnya. Karena itu pulalah dapat dipahami keluarga di Jepang selalu menanyai calon menantunya perihal asuransi sebagai wadah jaminan. Siapa bisa menjamin stabilitas ekonomi nasional maupun ekonomi global.
Masyarakat Indonesia pada umumnya, khususnya mereka yang akan maupun baru saja melakukan pernikahan, perlu membangun kesadaran bersama akan hal kesadaran finansial keluarga. Kesadaran di sini ialah kesadaran secara utuh, termasuk pengelolaan. Di dalam kehidupan berkeluarga selalu terdapat kesulitan-kesulitan finansial akibat dinamisnya roda ekonomi nasional, khususnya akibat inflasi BBM yang kerap terjadi dalam rentang 1-2 tahun sekali. “Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tetapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” papar Ligwina Hananto, ahli perencana keuangan, dalam acara Ayahbunda, seperti dinukil dari laman Ayahbunda.co.id.
Inflasi juga berdampak pada pengeluaran pendidikan anak dan kesehatan. Selain pengeluaran tarif (SPP) sekolah, bagi pelajar kosan pun akan semakin berat, seperti biaya kontrakan, biaya praktik, dan sebagainya.
Begitu pula biaya kesehatan. Seperti survei yang dilakukan Global Medical Trends Report dari Tower Watson pada tahun 2012, rata-rata kenaikan biaya pengobatan di Indonesia sepanjang tahun 2009-2011 naik dari 10,7 persen menjadi 13,55 persen pertahun. Bahkan, seperti tercatat pada Kompas, 2013, sebanyak 86 persen penghasilan ekonomi keluarga digunakan untuk kesehatan. Ini berarti sebagian besar pendapatan habis untuk biaya kesehatan saja. Berdasarkan survei report dari Tower Watson 2012, biaya kesehatan di Indonesia pada tahun 2012 naik dari 14 persen dibanding tahun 2011. Ironinya lagi, 70 persen penduduk Indonesia membiaya sendiri biaya dokter maupun rumah sakit.
Kesadaran finansial perlu dibangun sejak dini. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk membangun kesadaran ini ialah perencanaan (pendapatan dan pemasukan), kebutuhan asuransi, dan investasi.
Perencanaan sejak dini (sebelum menikah maupun di awal pernikahan) merupakan tiang atau pondasi kehidupan rumah tangga. Rumah tangga dan finansial keluarga seperti air dan gelas. Air sulit diminum tanpa menggunakan gelas (wadah). Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang tidak besar pasak daripada tiang. Hal itu dapat dimulai dengan penghitungan pendapatan dan perkiraan pengeluaran keluarga (suami istri).
“Perusahaan asuransi merupakan sarana pembantu,” papar Bert Paterson, Presiden Direktur PT Sun Life Finansial Indonesia, seperti dinukil dari laman resmi Sun Life. Membantu di sini selayaknya motor dalam mencapai suatu tujuan. Setelah perencanaan, penyesuaian kebutuhan dan perusahaan asuransi perlu dipertimbangkan sebaik mungkin. Bila membutuhkan asuransi berbasis agama, misalnya, maka pencarian informasi tentang perusahaan asuransi syariah merupakan langkah terbaik. Pendapatan dan premi asuransi menjadi pertimbangan selanjutnya. Jangan sampai premi malah memberatkan pengeluaran. Premi yang memberatkan pemasukan justru menjadi kesalahan fatal. Dengan demikian, pencarian informasi perihal perusahaan asuransi sedetail mungkin merupakan langkah memahami wadah yang akan digunakan.
Investasi merupakan faktor pendukung terpenting dalam stabilitas finansial keluarga. Investasi dapat dilakukan setelah tahap perencanaan dan penggalian informasi perihal asuransi telah terpenuhi. Investasi dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya investasi emas, investasi tanah, dan investasi bisnis. Investasi yang baik ialah investasi yang dilakukan berdasarkan kondisi nyata keluarga, bukan memaksa diri. Artinya mamaksa tersebut ialah memaksa dalam permodalan. Demi memiliki modal besar, utang pun jadi cara yang ditempuh. Bahkan, fatalnya, meminjam dana modal dari bank dengan perhitungan di luar batas pemasukan.

Apabila ketiga hal tersebut dilalui dengan baik, suatu kesadaran yang matang sejak dini, situasi kenaikan BBM bersubsidi tidak mudah menggoyahkan finansial keluarga. Meski subsidi BBM dicabut pemerintah, finansial keluarga akan tetap stabil.

(Sumber: Bisnis.com, Brighterlife.co.id, Ayahabunda.co.id, Swa.co.id, Kompas)

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes