ARTIKEL PINTASAN

Saturday, May 24, 2014

Ketakutan Kelompok Mapan




ilustrasi (Foto: blogspot)
Final Liga Champion 2014 Atletico Madrid vs Real Madrid - Seorang perempuan mengetuk pintu. Sebuah pintu lokalisasi. Suara perempuan tua dari dalam bergeming, “Siapa itu?”
“Berilah saya perlindungan,” sahut perempuan pengetuk pintu. “Atas keperawanan, lindungilah saya,” tambah si perempuan pengetuk itu. Si perempuan tua membukakan pintu. Masuklah si perempuan pengetuk pintu tadi, menjadi penghuni untuk melindungi diri.
Perempuan pengetuk itu tidak lain seorang suster gereja. Pengabdi gereja. Ia mengubah dirinya menjadi “perempuan belian”, menjadi pelayan laki-laki.
Begitulah secuil adegan film Libertarias. Film tentang pemberontakan di Spanyol, 1936. Sekelompok pemberontak yang tidak menyukai kemampanan, tidak menyukai kapitalisme, dan tidak menyukai kaum-kaum rohaniawan (gereja).
Pemberontak yang mengatasnamakan kelompoknya dengan nama “CNT FAI”, kelompok berhaluan komunisme, menjarah gereja-gereja. Menghancurkan pernak-pernik keagamaan. Menjarah rumah-rumah yang bertentangan secara ideologis. Mereka menguasai jalanan. Membawa senjata.
Bagi kaum mapan, pemberontak itu menakutkan. Seperti adegan film Libertarias tersebut. Kekuatan batin pengabdi Tuhan pun tidak mampu melindungi kenyataan atas perbuatan pemberontak.
Pemberontak dan kaum mapan Spanyol kembali terjadi. Bukan di ranah sosial-politik. Kedua golongan itu kembali baku hantam di arena sepakbola. Level pertandingan nomor wahid di kancah Eropa, Final Liga Champion. Pertandingan yang dihelat di Lisbon, Portugal, Minggu (25/05) dini hari, Atletico Madrid versus Real Madrid.
Atletico Madrid mewakili pemberontak. Real Madrid mewakili kaum mapan. Keduanya berasal dari kota yang sama, Ibu Kota Spanyol, Madrid. Atletico mewakili kelas masyarakat pinggirian Ibu Kota, sementara Real Madrid mewakili keas masyarakat mapan di perkotaan.
Diego Simeone memimpin kelompok pemberontak. Ia berasal dari Amerika Latin, wilayah kolonialisasi Portugis-Spanyol. Dalam sesi latihan, ia kerap mengutamakan kedisiplinan pemain. Dengan kedisiplinan pertahanan, musuh sulit menembus jantung pertahanan.
Dalam strateginya, Diego mengombinasi kedisiplinan dengan kejelian para pemain di lapangan. Para pemain diharapkan jeli mengamati strategi serta keunggulan dan kelemahan lawan. Penguasaan bola oleh lawan adalah momen menunjukkan kejelian tersebut. “Kami senang pemain lawan menguasai bola,” kata Diego.

Bisa jadi kedisiplinan dan kejelian para pemain Atletico Madrid menjadi momok yang menakutkan bagi para pemain Real Madrid. Bagi kaum mapan Real Madrid, La Decima harus melewati ketakutan itu, seperti pemberontakan CNT FAI, yang pada akhirnya takluk di tangan kelompok moderat Spanyol.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes