ARTIKEL PINTASAN

Thursday, January 2, 2014

Petasan




ilustrasi (foto: blogspot)
Petasan - Bermalam-tahunbaruan, kemarin, Selasa tengah malam, saya melintasi beberapa jalur di Jakarta. Pertama, melintasi Stasiun Tebet. Waktu telah menunjukkan pukul 00.05 WIB. Ditandai dengan bunyi petasan menyergah telinga. Bak film action Hollywood. Di tepi jalanan warga menyemut.
Begitu melintasi Kp Melayu, suasana tak jauh berbeda. Warga menyemut dan suara petasan masih menyergah telinga. Ada yang berbeda di sini, satu titik, sebelum jalur layang, warga mengeblok jalanan. Di jalur blok itu, dengung motor bak jet tempur, seakan melawan kebisingan petasan.
Meninggalkan jalur Kp Melayu, saya melaju ke arah Matraman. Laju motor perlahan. Memandangi warga di tepi jalan. Melihat mereka mengingatkan pada kegaduhan di Bolivia, mengingatkan kudeta Venezuela tahun 2000, juga mengingatkan iring-iringan mobil jenazah Soeharto.
Tak jauh kemudian, saya sampai di perempatan Matraman-Salemba-Pramuka. Kebetulan, jalur yang saya lalui berlampu merah. Saya menyaksikan di jalur hijau. Motor menyemut. Berpawai, seumpama segerombolan semut di dinding. Suara klakson mereka tak kalah riuhnya dengan suara petasan dan terompet.
Saya melanjut ke jalur Pramuka hingga Rawasari. Suara kegaduhan itu tak henti-hentinya. Antara klakson, terompet, dan petasan.
Saya bersenandika, "Ternyata warga yang saya lihat dari awal lebih banyak anak-anak dan remaja." Di ujung perjalanan, tepatnya di depan kosan, saya cepat-cepat masuk ke kosan. Sembari mengucap syukur, saya bersenandika lagi, "Seandainya tadi saya terkena petasan menyasar, siapa yang akan bertanggung jawab? Seandainya terkena, mungkin tulisan ini akan berbeda." Siapa yang pantas bertanggung jawab atas tradisi hura-hura para remaja itu?

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes