ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, December 31, 2013

Dari Media Massa ke Tokoh Politik





ilustrasi (foto: blogspot)
Dari Media Massa ke Tokoh Politik - Siang tadi, Senin (30/12), ada hal yang cukup menarik bagi saya. Seorang pengusaha meragukan kapasitas wakil rakyat di DPR. Sjahrir AB, dari asosiasi pertambangan Indonesia (IMA), begitu berujar tentang politisi masa kini.
"Saya pernah bercerita dengan orang DPR, yang cukup dekat dengan saya. Dia mengingatkan saya bahwa politisi di DPR pada umumnya lahir bukan karena profesionalitas dan kapabilitas, melainkan elektoral. Lalu bagaimana," kata Sjahrir.
Pernyataan itu mengingatkan saya pada tokoh-tokoh politik yang lahir belakangan ini, pasca-reformasi-terpimpin. Pernyataan itu pun mengingatkan saya pada prinsip budaya massa. Kualitas terabaikan, sebab hal yang utama adalah kuantitas. Begitu pula kemunculan tokoh-tokoh politik seperti apa yang dimaksud Sjahrir tersebut.
Merujuk pada kamus Inggris Oxford, "election" adalah choosing or selection by vote. Artinya, elektoral berasas keterkenalan. Tidak ada kapabilitas, apalagi profesionalitas. Untuk meraih keterkenalan itu, perlu medium. Yang paling mudah dijadikan mediumnya adalah media massa. Mudah dan efektif.
Saya akan sebut beberapa tokoh. Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Abu Rizal Bakrie, Hari Tanoesudibjo, Joko Widodo, dan Prabowo. Apabila saya sebut cara (1) kepemilikan media dan (2) media darling atau disayangi media massa, sepertinya kita sudah paham memasukkan nama-nama toko tersebut ke dua cara itu. Misalnya Abu Rizal Bakrie, saya yakin banyak di antara kita yang mengetahui tokoh ini sebagai pemilik media televisi dan daring (online). Jauh sebelum mereka ada politisi senior Akbar Tandjung. Sekitar tahun 80-an, politisi Golongan Karya ini sempat memimpin harian nasional Pelita, kini menjadi Harian Pelita.
Tanpa bermaksud mengabaikan kinerja, yang jelas mereka terlahir ke dunia politik dengan keakraban dunia media massa. Bagi mereka yang memiliki media massa, isu atau wacana dapat diracik sedemikian rupa. Sementara bagi mereka yang tergolong darling, keberpihakan dapat dilakukan dengan melontarkan kata-kata boombastis.
Jadi, siapa sangka jadi politisi masa kini itu, salah satu caranya, harus akrab dengan media massa?

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes