![]() |
mall sebagai tempat perilaku konsumsi (foto: blogspot) |
Ramadan Over Consumption - Tahun lalu Nielsen
Indonesia menyatakan bahwa masyarakat Indonesia melakukan konsumsi yang cukup
significan pada bulan Ramadan 2011. Nielsen melihat konsumsi harian pada
Ramadan 2011 meningkat 10% dibandingkan konsumsi harian pada Ramadan 2010, dari
Rp24,4 triliun menjadi Rp25,74 triliun.
Seakan kita tidak perlu
heran lagi melihat fakta adanya kenaikan konsumsi setiap tahunnya pada bulan
Ramadan. Dari Ramadan ke Ramadan setiap tahunnya masyarakat Indonesia
memeperlihatkan kuantitas konsumsi yang menarik bagi produsen. Kenaikan ini
dilihat dari peningkatan jumlah manusia setiap tahunnya serta adanya indikasi
peningkatan daya beli masyarakat Indonesia.
Penyebaran (distribusi)
daging meningkat. Produksi berbagai makanan, seperti kolak, cendol, maupun
takzil lainnya, juga meningkat. Permintaan sayur-mayur justru meningkat.
Permintaan bahan-bahan pangan lainnya pun meningkat.
Pasar-pasar dadakan
bertambah. Market-market yang telah ada semakin ramai dikunnjungi masyarakat.
Pernak-pernik di berbagai pusat perbelanjaan semakin meriah. Pola distribusi
pun pada umumnya semakin meningkat akibat adanya permintaan bahan pangan.
Inilah beberapa
indikasi konsumsi pada bulan Ramadan, justru semakin meningkat dibandingkan
bulan-bulan biasa. Seperti pernyataan Nielsen tersebut, tiap tahunnya konsumsi
bulan Ramadan mengalami peningkatan.
Pokok bulan Ramadan
yang disampaikan dalam ajaran Islam ialah kesucian. Pada bulan Ramadan
setan-setan dibelenggu. Umat muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, khususnya
di masjid. Selain itu, mendatangi tempat-tempat yang mampu menyucikan diri,
membangun relasi sebaik-baiknya dengan umat manusia, serta menyusikan hati
maupun perilaku.
Bahkan, dalam suatu
titah, bulan Ramadan disebutkan sebagai bulan pahala. Setiap perilaku baik nan
membawa berkah akan mendapatkan pahala yang berlimpah. Umat muslim dianjurkan
melakukan berbagai ritual ibadah, seperti tarawih, bersedekah, berzikir,
mengaji, dan sebagainya.
Nilai-nilai ke-Islaman
tadi seakan nihil bila pada faktanya kita melihat bahwa daya konsumsi
masyarakat Indonesia pada bulan Ramadan justru meningkat.
//
Media-media massa
sebagai corong kapitalisme berperan penting dalam hal ini. Kapitalisme membuat
nilai-nilai ritualitas (keagamaan) menjadi momen penting dalam pola jual-beli,
penambahan nilai (added value moment).
Nilai-nilai material dikombinasikan terhadap nilai-nilai kesucian. Akibat adanya
penambahan nilai seperti ini, masyarakat pun berada di dalam kubangan atau
lingkaran penambahan nilai melalui penawaran-penawaran terkait momen keagamaan yang
ditampilkan oleh media massa. Kapitalisme mengubah nilai-nilai yang baik
menjadi nilai-nilai yang kotor. Di sini media berperan penting sebagai penyalur
(agent) kepentingan value tadi.
Coba lihat media-media
televisi, dengan sajian religiutas, seakan-akan peduli dengan sambutan Ramadan.
Media-media televisi menyajikan drama-drama religus, iklan-iklan keagamaan,
religius show, dan sebagainya. Tidak hanya media televisi saja, melainkan
banyak ragam media pun menyajikan hal itu.
Tentunya, motivasi
media bukanlah motivasi keagamaan murni, melainkan kebutuhan added value tadi. Dampaknya,
realitas pada momen yang semestinya suci justru dipenuhi nilai-nilai material.
Nilai yang berdampak pada budaya kubangan hedonisme. Pada akhirnya ialah
konsumsi. Masyarakat terdorong untuk mengonsumsi. Motivasi keriuhan Ramadan
bukan lagi pada keriuhan perihal kesucian dan spiritulitas keagamaan, melainkan
spirit konsumsi makna. Seakan, tidak afdal bila tidak membeli banyak bukaan
(takzil), tidak afdal bila tidak mengonsumsi daging saat sahur, dan sebagainya.
Oleh karena itu,
marilah kita pahami apa yang kita lakukan, apa yang kita konsumsi, dan apa yang
kita jalani. Berpuasa tidak mesti membeli takzil ke market, membeli daging ke
store, membeli, membeli, dan membeli, yang justru menyebabkan bermawah-mewahan
dalam konsumsi (over consumption).
Sesungguhnya puasa itu melawan arus konsumsi nan berhasrat dan membatasi media
yang menjadi agen dalam kehidupan kita.
-Agustus
2012-
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.