ilustrasi (gambar: umiartikel.blogspot.com) |
"Sukarelawan" Tim Sukses - Calon presiden hanya dua. Bukan berarti jumlah capres itu tak membuat riuh. Apa sebenarnya yang membuat riuh dari kedua capres? Jawabnya adalah ormas (organisasi massa). Organisasi massa menjadi barisan terdepan dari sekian banyak jenis aktivitas partai politik.
Saat aktivitas politik orang-orang yang tergolong di dalam ormas tadi justru tak ambil peran aktif. Mereka yang berperan aktif adalah pihak-pihak, yang biasanya diangap, terdidik atau sebagainya. Sama halnya saat kampanye pemilihan presiden 2014 ini. Bukanlah kader-kader terbaik dari partai yang aktif di bagian dasar kampanye, melainkan mereka yang mengatasnamakan sukarelawan.
Kedua blok capres memiliki masing-masing tim sukses (timses). Tim sukses merancang berbagai strategi, taktik, dan beragam langkah pemenangan sang calon. Di dalam timses itulah selalu diadakan tim sukarelawan.
Tim yang kerap berada di depan pada kampanye berlangsung ini mengisyaratkan seolah-olah mereka adalah tim yang bekerja sepenuh hati atau tanpa pamrih. Sukarelawan adalah orang yang bekerja atas dasar keikhlasannya tanpa kepentingan apa pun, termasuk tanpa pamrih.
Berbeda dengan "sukarelawan kebencanaan". Misalnya, tim sukarelawan Gunung Sinabung. Mereka bekerja atas dasar kemanusiaan. Sifatnya insedental, tanpa perencaan secara matang karena berdasarkan masa kebencaan itu sendiri. Mereka menyerahkan waktu, diri, dan materi semata-mata untuk menolong korban bencana. Meski ada hitung-hitungan nilai, para sukarelawan melakukan hitung-hitungan religiusitas masing-masing.
Di sinilah permasalahanya, apakah kata "sukarelawan" telah tepat, sesuai antara makna dan pelaksanaanya. Secara bentukan bahasa, "relawan", seperti apa yang sering digunakan oleh tim pemenangan, merupakan bentukan kata yang tidak tepat. Kata sifat tidak dapat digabungkan dengan partikel "-wan". Dengan demikian, pilihan yang tepat adalah penggabungan kata "sukarela" dan partikel "-wan".
"Sukarelawan" berarti orang yang bekerja secara sukarela. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mencatat makna denotatif "sukarelawan", yaitu orang yg melakukan sesuatu dng sukarela (tidak krn diwajibkan atau dipaksakan).
Belakangan ini, politik pragmatis telah mendominasi motif politik kalangan politisi. Utopia bagi dunia saat ini ialah merealisasikan pengertian politik mulia yang diutarakan Plato. Politik praktis telah berdiri di atas sistem ekonomi global, kapitalisme. Secara subtansial politik merupakan langkah pencapaian kekuasaan. Jadi, aktivitas politik semua penuh dengan hitung-hituangan, perhitungan nilai tambah-kurang. Lantas, benarkah makna "sukarelawan" yang digunakan oleh kelompok-kelompok tim pemenangan capres saat ini? Biarlah publik memahami nilai moral dan kebenaran maknanya.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.